Belenggu Adik Ipar
mi dikejutkan dengan Rea yang sudah memegangi perutnya. Menandak
rtambah sehat malah makin parah. Sebenarnya,
n sambil mengusap
tau bagaimana rasa sakitnya. Tapi aku yakin, sakit
u___aku gak kua
singkap pada paha Rea, sedikit aku sibak selimut
sedikit menyibaknya dan ternyata darah yang keluar cukup banyak. A
pa darahnya sebanyak ini?" Mas Juan sedikit
r. Bahkan darah yang yang menggenang pun tak ia hiraukan. Aku tidak tau
*
da pahaku. Kali ini dia tidak berontak sama sekali, hanya menggeliat m
bagaimanapun pasti saat ini yang ia inginkan Rea segera ditangani oleh tim medis. Aku hanya bisa
tt
epan saking kencangnya Mas Juan mengerem. Ada rasa sakit dibagian b
ngekor saja. Ku lihat sekitar, dan ternyata Mas Juan hanya membawa Rea ke klinik saja bukan ke rumah sakit. Orang-orang b
angani R
tuk berjalan bahkan mengimbangi langkah Mas Juan yang begitu cepat membawa Rea ke ruangan Dokter diklinik ini. Klinik kecil sepe
yang awalnya duduk berhadapa
i." Sahut Mas Juan pada wan
." Seorang Dokter wanita datang menghampir
iri Mas Juan yang t
semuanya berakibat fatal." Tegas Dokter pada Mas J
i, jangan ban
." Dokter mengambil langkah
dahulu." Ucap Dokter sambil menoleh ke a
apa dengan Mas Juan barusan. Yang membuatku merasa janggal adalah perkataan Dokter barusan, d
beranjak dari klinik ini, mungkin urusannya dengan Dokter belu
anya kepikiran sama Adik ipar
a yang aku rasakan saat ini. Meski sebenarnya, perasaan dan pikirank
u istrinya
, Mb
Jangan panggil mbak, panggil Audrey saja."
Juan." Sahutku menerima
npa menggunakan embel-embel mbak, tapi langsung menyebut nama. Deng
un, mbak. Eh m
ya!" Ia beralih men
u balas dengan anggukan tanp
an bisa menemukan wanit
enapa moodku benar-benar kacau saat ini, bukannya tidak ingin
pa dibawa kesini, bukan ke
umah Ibu mertua. Sudah ku dapati Rea
u, dia berteriak kesakitan pada perutnya. Lalu saat ku lihat
kir, terlihat dari raut waja
un dari masa lalu Mas Juan, toh tidak ada hal aneh yang ku temui pada Mas Juan. Entah itu pada ponselnya atau apa pun itu. Nam