Pesona Perawat Tuan Daniel
n kepala penuh kabut, mata yang terpejam rapat, dan tubuh yang seolah tak ingin menanggapi panggilan dari dunia luar. Suara tangisan burung di luar terdeng
seorang wanita yang telah diperhitungkan oleh banyak orang sebagai ibu yang penuh kasih dan tak kenal lelah, tetapi di balik senyumannya yang leb
kan sentuhan, tetap terbaring diam di atas selimut tebal. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kete
rit pelan saat Clara masuk. Wajahnya yang lelah menghadap ke arah Daniel, penuh pe
senyum tipis di bibirnya. "Selamat pagi, Bu,"
genggam tangan Daniel yang terkulai. "Pagi, sayang. El
ha tetap tegar, tetapi mata itu-mata yang dulu penuh dengan semangat-sekarang penuh dengan k
elah, Bu," bisik Daniel, sua
an bilang begitu, Daniel. Kamu tidak pernah membuatku lelah. Justru, kamu ya
ya, bahkan ketika dunia di sekitarnya mulai runtuh. Namun, Daniel tahu bahwa pilar itu mulai rapuh. Setiap ma
ru muda, senyum hangat di wajahnya yang muda dan ceria. Ada sesuatu yang berbeda pada Elara, sesuatu yang membuatnya tampak lebi
lembut, sambil membawa nampan berisi s
t Elara yang tak pernah surut. "Selamat pagi, Elara.
kursi yang tersedia. "Terkadang, kita tidak perlu tahu bagaimana memu
tentang langkah kecil ketika ia tak bisa melangkah sama sekali? Namun, di balik rasa ragu
cara tentang langkah-langkah kecil, buka
el. "Mungkin, karena aku percaya bahwa setiap langkah, sekecil
di pelupuk matanya. "Elara benar, Daniel. Setiap
erasakan harapan. Ia ingin sekali percaya bahwa kata-kata itu benar. Meskipun sulit, ia ingin percaya bahwa ada kehidupan
uaranya sedikit lebih tegas kali ini.
nya menghangatkan ruangan, tetapi juga hati D
r itu, ada dua jiwa yang sama-sama berjuang. Daniel, pria yang harus menemukan kembali kekuatannya, dan Elara, perawat
jalan mereka penuh rintangan, ada satu hal
gali emosi, konflik, dan hubungan mereka lebih dalam.Membuat bab 1 sepanjang 50.000 kata adalah sebuah tantangan besar, karena itu hampir setara dengan panjang sebuah novel pendek. Namun, saya bisa memulai dengan m
-
Awal ya
n kepala penuh kabut, mata yang terpejam rapat, dan tubuh yang seolah tak ingin menanggapi panggilan dari dunia luar. Suara tangisan burung di luar terdeng
seorang wanita yang telah diperhitungkan oleh banyak orang sebagai ibu yang penuh kasih dan tak kenal lelah, tetapi di balik senyumannya yang leb
kan sentuhan, tetap terbaring diam di atas selimut tebal. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kete
rit pelan saat Clara masuk. Wajahnya yang lelah menghadap ke arah Daniel, penuh pe
senyum tipis di bibirnya. "Selamat pagi, Bu,"
genggam tangan Daniel yang terkulai. "Pagi, sayang. El
ha tetap tegar, tetapi mata itu-mata yang dulu penuh dengan semangat-sekarang penuh dengan k
elah, Bu," bisik Daniel, sua
an bilang begitu, Daniel. Kamu tidak pernah membuatku lelah. Justru, kamu ya
ya, bahkan ketika dunia di sekitarnya mulai runtuh. Namun, Daniel tahu bahwa pilar itu mulai rapuh. Setiap ma
ru muda, senyum hangat di wajahnya yang muda dan ceria. Ada sesuatu yang berbeda pada Elara, sesuatu yang membuatnya tampak lebi
lembut, sambil membawa nampan berisi s
t Elara yang tak pernah surut. "Selamat pagi, Elara.
kursi yang tersedia. "Terkadang, kita tidak perlu tahu bagaimana memu
tentang langkah kecil ketika ia tak bisa melangkah sama sekali? Namun, di balik rasa ragu
cara tentang langkah-langkah kecil, buka
el. "Mungkin, karena aku percaya bahwa setiap langkah, sekecil
di pelupuk matanya. "Elara benar, Daniel. Setiap
erasakan harapan. Ia ingin sekali percaya bahwa kata-kata itu benar. Meskipun sulit, ia ingin percaya bahwa ada kehidupan
uaranya sedikit lebih tegas kali ini.
nya menghangatkan ruangan, tetapi juga hati D
*
r itu, ada dua jiwa yang sama-sama berjuang. Daniel, pria yang harus menemukan kembali kekuatannya, dan Elara, perawat
jalan mereka penuh rintangan, ada satu hal