Jerat Cinta Mafia Kejam
alam pesawat terlihat begitu tidak tenang k
baik-baik
wanita yang biasanya lari begitu saja tanpa menjelaskan apa yang sedang terjadi. Brian tahu betul bagaimana sifat Kinanti yan
i pikirannya. Saat pesawat sudah mulai lepas landas, Brian tak bisa lagi men
nmu sekarang juga," kata
?" tanya Marco di ujung telepon, su
ang sudah terjadi dengan Kin
mu temui kemarin di pesta itu?"
Marco! Aku butuh jawa
nanti aku akan menghubungi," jawab Ma
di pipinya terus menghantui. "Apa yang sebenarnya terjadi padanya?" pikir Brian dalam hati. "Biasanya dia pasti berkata maaf, tapi tadi ... aku yakin sesuatu y
bar tentang Kinanti. "Kenapa Marco lama sekali, ya?" Brian yang tidak sabaran
rian pun akhirnya datang. Ya, Marco langsung me
ng pasti lagi hancur," gumam Brian dengan nada yang dalam. Hatinya tidak bisa tenang dan dia tahu harus melakukan sesuatu un
i rumah Kinanti. Brian memang tidak tahu banyak tentang keluarganya. Namu
nti tengah berjalan keluar rumah, membawa kantong sampah dengan wajah yang tampak lelah dan sedih
Kinanti langsung terlihat panik saat melihat Brian. Dia tahu siapa Brian dan
jarnya. Namun, Kinanti tidak menghiraukannya. Dia teru
saha melawan. Namun, Brian menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar. "Aku hanya ingin bicara sebentar,
n dengan keras. Brian meringis kesakitan dan refleks melepaskan tangannya dari mulut Kinanti. Ini memberi Kinanti kesempatan untuk me
un, Brian menghentikan mereka. "Biarkan saja. Setidaknya sekarang aku ta
Dari dalam mobil, dia menyaksikan bibi dan sepupu Kinanti keluar dari rumah dan
menghentikan Aina. Namun, tepat saat dia akan m
e sana sekarang," katanya dengan nada tegas, meskipun hatinya masih te
inanti memohon agar ia tidak dikasari, tidak ditampar dan tidak ditarik ram
erbicara dengan seorang tet
rakan bibi dan pamanmu ini, kan? Ayo jawab jujur, Kin
knya tinggal sendiri saja. Tapi Aina tidak percaya, dia terus-terusan berkata kalau Kinanti sudah bicara sesuatu yang jelek tentangnya. Makanya, p
ara yang bohong dan f
un. "Bibi, aku sama sekali tidak pernah bicara begitu. Clara itu bohong!" Suaranya penuh keputusasaan. Namun, Aina sudah kehilangan kesabaran. Dengan cepa
tin. Tamparan itu bukan hanya menghinanya, tapi juga mengoya
ru yang begitu besar pada Kinanti, terutama saat di acara pesta waktu itu, Brian malah mendekatinya. Clara yakin Brian adalah pria kaya, apalagi meli
al di sini? Bukankah lebih baik kalau kita menjualnya saja ke pria-pria kaya? Aku yak
"Apa!? Tidak, aku tidak mau dijual!" Kinanti
ng menarik, Clara. Setidaknya, kamu bisa memberi kami sesuatu, Kinanti
unya, melangkah mendekati Kinanti dan mulai memaksa. "Ayo, pakai baju ini!" Clara melemparkan pakaian m
pilihan lain. Perlahan-lahan, dengan air mata yang mengalir di pipinya, Kinanti ak