HATI YANG TAK BERUBAH
meskipun di balik semua itu, ia merasa kosong. Pekerjaan yang menuntut, lingkungan yang tidak familiar, dan kesibukan yang tiada henti-semua
pat saat ia menyadari betapa jauh dirinya dari Naya. Meskipun lingkungan kantor baru penuh dengan rekan kerja yan
s terletak di depannya, namun matanya lebih sering menatap layar ponsel yang sudah bebera
t. Pengen rasanya kayak dulu, ngobr
a berada di dunia yang berbeda. Meski tidak ada yang menghalangi komunikasi mereka, ada sesuatu
... Rindu semua hal tentang kita. Tapi ingat janji kita,
p bisa memberikan ketenangan pada Naya yang kini sedan
ini mulai dingin. Di luar kafe, hujan mulai turun dengan deras. Suasana kota
nya. Hari-harinya terasa lebih lambat sejak Adrian pergi. Setiap pagi, ia berangkat ke kantor, menjalani rutinitas yang terasa hampa. Tidak ada lag
tangan. Di meja kerjanya, ada beberapa dokumen yang harus ia selesaikan, t
a tetap sibuk, tetap saja bayangan Adrian selalu menghantui setiap langkahnya. Ia merindukan canda
a beberapa kata yang bisa mengungkapkan perasaannya yang begitu dalam. Namun, begitu ia
masih berusaha menyesuaikan diri, meskipun terasa l
h mudah. Namun, kenyataannya tidak demikian. Meski pesan-pesan itu ada,
lepon, rasanya semakin sulit untuk mempertahankan ikatan yang mereka miliki. Rutinitas bar
ta yang sibuk. Ia baru saja selesai dengan rapat yang panjang, dan meskipun ada
yang tak kunjung berbunyi. Ia merindukan Naya lebih dari yang bisa diu
rharap bisa mendengar suara kekasihnya itu, sek
r sebelum suara Naya ter
ra Adrian terdengar lelah,
lembut, meskipun ia tahu jawabannya. Tidak ada yang benar-b
rasa... nggak tahu harus mulai dari mana." Adrian menghe
jenak, mencoba merangkai kata-kata. "Tapi kita ngga
mberinya sedikit kekuatan. "Aku nggak akan menyerah. Aku jan
lembut, meskipun hatinya sedikit cemas. Namun,
mereka mengakhiri telepon dengan
ada yang bisa mengubah kenyataan bahwa hubungan mereka sedang diuji. Namun, di hati merek
minggu ke
ang awalnya menekan kini mulai memberi ruang baginya untuk berkembang. Namun, di se
angkah maju. Ia berusaha memberi warna pada rutinitas hariannya, menyibukkan diri dengan kegiatan yang ia nikmati,
tu hal tetap tak berubah: cinta mereka, yang meski t
bicara, baik lewat telepon atau pesan singkat, keduanya berusaha keras untuk menyembunyikan rasa cemas yang tumbuh di hati masing-mas
uatnya merasa lebih banyak bertarung dengan waktu daripada dengan dirinya sendiri. Tetapi, di balik kesibukan itu, ada sesuatu yang selalu membayangi: Naya. Ia
tuk tetap setia dan saling menunggu. "Aku pasti bisa. Kita pasti bisa," ka
ya, segala pencapaian yang ia raih terasa tidak lengkap. Ia merindukan Naya lebih dari apa pun, d
a sepi tanpa Adrian. Setiap kali dia pulang ke apartemennya, ruang itu terasa kosong. Dia berusaha keras untuk mengisi kekosongan itu dengan ruti
menatap jendela yang menghadap ke jalan yang ramai. Di luar sana, dunia berjalan dengan lancar, teta
a yang hilang. Meski begitu, Naya tetap berusaha keras untuk tampil profesional, berpura-pura kuat di depan rekan-rekannya. Di
pat tidurnya, memeluk bantal, dan berusaha tidur dengan pikiran yang penuh bayangan tentang Ad
, mereka berbicara di telepon, meski sering kali itu hanya tentang hal-hal kecil. Adrian menceritakan pekerjaannya, sementara Naya menceritakan aktivit
n apartemennya, memandangi kota yang tampak berki
kamu, Nay. Aku rindu banget. Rasanya se
elnya. Perasaan yang sama juga ada dalam hatin
harus kuat, ya? Aku nggak tahu bagaimana aku b
terasa bergejolak. Ia tahu hubungan jarak jauh ini sulit, namun ia juga tahu bahwa ini adalah
seharusnya dia sudah pulang ke apartemennya. Namun, ia tidak bisa berhenti berpikir tentang Naya. Ia tahu bahwa hubun
aya. Meski jam sudah larut, ia tahu bahwa me
Adrian terdengar lela
njawab, mencoba untuk terdengar ceria, m
menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap jendela yang gelap di aparte
hela napas. "Tapi aku tahu kita harus bertahan. Ini bukanlah wa
henti berjuang." Adrian berbicara dengan penuh keyakinan, meskipun rasa cemas mulai
sama kamu, Ad
k ada kata-kata indah yang bisa mengungkapkan kerinduan yang mereka rasakan. Ha
u." kata Adria
." Naya membalas pelan,
a namun penuh makna. Meskipun terpisah oleh jarak dan waktu, mereka ta
atkan bahwa ini semua demi masa depan mereka. Mereka tahu, meskipun saat ini terasa sulit, akan a
ambu