icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

PUJANGGA KECIL

Bab 5 Rasa Malu

Jumlah Kata:1220    |    Dirilis Pada: 01/11/2024

asanya. Suara tawa teman-teman sekelasnya masih terngiang di telinganya, membuat dadanya bergetar dengan rasa malu yang mendalam.

amnya pada diri sendiri, menatap jalan setapak yang dilalui.

annya kosong, tak ada semangat untuk menulis. Buku catatan yang biasanya menjadi tempatnya mengungkapkan pe

kkan kepalanya. "Mungkin aku memang bukan penulis yang baik. M

apur. "Budi, sudah pulang? Ad

Ia tidak memiliki hati untuk memberitahunya tentang apa y

bar halaman kosong menantangnya untuk menulis, tetapi kata-kata tampaknya telah meninggalkannya. Dia merasa

kirnya. "Dia mengandalkanku untuk a

n itu sedikit menghiburnya. Ia teringat saat Sari menggambarkan betapa indahnya langit malam. "Jika hanya

l di layarnya. "Budi! Aku ingin tahu bagaimana harim

ruk. Namun, pikirannya terus melayang. Apakah Sari benar-benar pedu

embalas pesan Sari. "Aku... aku ti

Semua orang pasti merasa kesulitan, termasuk aku. Tapi kita bisa sal

yang muncul kembali dalam dirinya. "Tapi.

ekspresikan perasaan melalui puisi. Ingat, ini adalah tentan

membiarkan pendapat orang lain mengubah cara pandangnya terhadap puisi? Dia t

uh waktu untuk meresapi semuanya. Ta

ik! Aku menunggumu. Kita bisa bekerja sama

sih menyelimuti, ia mulai mengumpulkan keberaniannya. Ia meraih pensil dan

wa yang me

lajaran b

nah berhen

kata-kata, aku m

adalah cara terbaik untuk menghadapi ketakutannya. Malam itu, Budi kembali merasak

seribu lagi," ucapnya dengan tekad baru. "Aku ad

an buku catatannya, menulis dengan penuh gairah. Setiap kata yang ditorehkan terasa

selalu mendorongnya untuk menjadi yang terbaik. Budi berhenti sejenak dan membayangkan bagaimana jika

an kehangatan di dalam hatinya. "Jangan biarkan tawa itu membuatmu mun

bang". Ia membacanya pelan-pelan, menikmati setiap bait yang berhasil ia ciptakan. Puisi ini lebi

ggil dari luar. "Sudah lar

tar!" Ia berjanji dalam hati bahwa paginya akan datang deng

i merasa tertekan oleh peristiwa kemarin. Setiap langkahnya membawa harapan baru.

Sari sedang duduk di bangkunya, berbincang dengan teman-te

sapanya denga

"Hai, Budi! Bagaimana harimu

diri. "Ya, aku sudah menulis puisi b

, itu bagus sekali! Kapan

jam istirahat nanti

mpulkan teman-teman kit

teman-temannya. Jantungnya berdebar-debar, namun kali ini, rasa gugupn

i kita," katanya, menatap Sari dan tema

galir dengan lancar, dan ia merasakan kedamaian dalam setiap bait yang diba

tawa men

h, namun te

ata adal

u kembali ter

um sorakan riuh memenuhi ruang kelas. "Wow, B

Kita semua suka!

kan kehangatan dan dukungan dari teman-temannya. Ia melirik ke Sari yang bert

erkata, senyumnya lebar. "Aku sa

yang hilang. Ia tak lagi meragukan kemampuannya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa pu

i. "Budi, puisi itu benar-benar indah.

ngat di dalam hati. "Aku tidak tahu apa yan

i berikutnya. Aku ingin melihat lebih banyak lag

an dalam menulis puisi, tetapi juga memiliki teman sejati yang

a tidak akan pernah sendirian. Dengan Sari di sisinya, ia siap unt

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka