icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

PUJANGGA KECIL

Bab 4 Hari Pembacaan

Jumlah Kata:1481    |    Dirilis Pada: Hari ini14:40

tu, suasana di sekolah terasa berbeda. Teman-teman sekelasnya terlihat ceria, bersemangat untuk tugas pembacaan

ketika mereka bertemu di kan

anya tidak mungkin. Aku gugup sekali,"

itu sangat indah. Semua orang akan menyukainya!

n mencobanya," Budi mengangg

uk di bangku di depan, sementara Sari berada tidak jauh dari

cang. "Selamat pagi, semua," sapa Budi dengan suara bergetar. Kelas

n puisi dari Budi. Silakan, Budi

mandang Sari, dia melihat senyum penyemangat di wajahnya. Ia m

nyummu, kute

ta, bagai lagu

in yang menyej

, apakah kau me

ng kelas terdengar suara tawa. Beberapa teman sekelasnya mul

u teman lelaki berteriak, dan diikuti

nya, seolah seluruh kelas menertawakan kebodohannya.

a dunia di sekelilingnya runtuh. Dalam kepalanya, semua sema

eorang temannya dengan nada mengejek.

cam jatuh. "Aku... aku hanya mencoba...," uca

m dia bisa pergi, Sari berdiri dan berteriak, "Cukup! Itu puisi yang indah, dan

erasa hangat di dalam hati meskipun rasa malunya belum

elinganya. Rasa malu dan kecewa membanjiri pikira

a menghentikanmu," kata Sari dengan penuh

lit, ia merasa Sari adalah satu-satunya sumber keberania

yummu mengh

bergetar, memba

tu hari, kita

up penuh warn

inya dengan lebih percaya diri. Ia menyadari bahwa puisi itu adalah bagian dari dirin

nang. Budi menatap Sari yang tersenyum bangga. Ia meras

rsenyum. Dia kemudian kembali ke tempat duduk

, kau luar biasa! Aku sangat bangga padamu. Kamu harus tahu

a kasih, Sari. Itu membuatku merasa sedikit lebih baik. Tapi

. Kau punya bakat yang luar biasa, dan tidak semua orang bisa menghargain

gingat itu. Mungkin aku perlu berlatih lebih

ada dirimu sendiri. Mari kita tulis puisi lagi bersama!"

miliki teman yang mendukungnya. Di tengah kekecewaan, harapannya untuk melanjutkan menulis puisi dan mengeksplorasi perasaannya terhada

ya dengan buku catatan di pangkuan. Ia melihat langit yang mul

an?" gumam Budi pada dirinya sendiri. Ia meraih pensil

ian, aku berd

u menggema, m

sepi, aku mene

kutulis, adalah j

i lamunan. Itu Sari, yang datang dengan senyum cer

pikiranku dari semua yang terjadi,

melangkah masuk. Budi merasa cemas, teta

binar saat membaca puisi-puisi yang ditulis Bu

i, tetapi rasa takutnya kembali muncul. "Tapi... ap

engungkapkan perasaanmu, bukan tentang mendapatkan pujian dari orang lain.

. Mungkin aku perlu lebih fokus pada dirik

bisa membuat antologi puisi sekolah! Bagaimana kalau kita ajak tem

akan semangat baru mengalir dalam dirinya. "Tapi

mereka tidak mengerti. Kita lakukan ini untuk diri kita sen

ivasi. "Tapi aku perlu bimbinganmu. Mungkin aku bi

nyum lebar, dan Budi merasakan rasa

engajak mereka untuk berpartisipasi dalam proyek antologi puisi. Beberapa teman Budi yang tertawa s

kritik yang membangun, dan Budi merasa terinspirasi oleh berbagai suara dan gaya menulis ya

hari peluncuran?" tanya Sari suatu hari saat mereka dudu

esuatu yang bisa menunjukkan perjalanan ini,"

kan?" tanya Sari de

angkit meski menghadapi rintangan. Aku juga ingin mengaitkan semua i

men tentang persahabatan kita, tentang bagaimana kita sa

sa membuat puisi kolaboratif. Aku bisa mulai dengan

ari yang melanjutkan dengan baitnya sendiri. Momen ini membuat Budi merasakan kedekatan yang lebih dalam deng

yang tidak menghargai karyanya, ada juga banyak orang yang mendukung dan mengerti makna di balik setiap kata yang

aksi orang-orang terhadap puisi k

berarti," Budi menjawab, merasakan k

di depannya masih ada, ia tidak sendirian. Bersama Sari, ia telah menemukan kekuatan di balik kata-kata yang ditulisny

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka