PUJANGGA KECIL
tu, suasana di sekolah terasa berbeda. Teman-teman sekelasnya terlihat ceria, bersemangat untuk tugas pembacaan
ketika mereka bertemu di kan
anya tidak mungkin. Aku gugup sekali,"
itu sangat indah. Semua orang akan menyukainya!
n mencobanya," Budi mengangg
uk di bangku di depan, sementara Sari berada tidak jauh dari
cang. "Selamat pagi, semua," sapa Budi dengan suara bergetar. Kelas
n puisi dari Budi. Silakan, Budi
mandang Sari, dia melihat senyum penyemangat di wajahnya. Ia m
nyummu, kute
ta, bagai lagu
in yang menyej
, apakah kau me
ng kelas terdengar suara tawa. Beberapa teman sekelasnya mul
u teman lelaki berteriak, dan diikuti
nya, seolah seluruh kelas menertawakan kebodohannya.
a dunia di sekelilingnya runtuh. Dalam kepalanya, semua sema
eorang temannya dengan nada mengejek.
cam jatuh. "Aku... aku hanya mencoba...," uca
m dia bisa pergi, Sari berdiri dan berteriak, "Cukup! Itu puisi yang indah, dan
erasa hangat di dalam hati meskipun rasa malunya belum
elinganya. Rasa malu dan kecewa membanjiri pikira
a menghentikanmu," kata Sari dengan penuh
lit, ia merasa Sari adalah satu-satunya sumber keberania
yummu mengh
bergetar, memba
tu hari, kita
up penuh warn
inya dengan lebih percaya diri. Ia menyadari bahwa puisi itu adalah bagian dari dirin
nang. Budi menatap Sari yang tersenyum bangga. Ia meras
rsenyum. Dia kemudian kembali ke tempat duduk
, kau luar biasa! Aku sangat bangga padamu. Kamu harus tahu
a kasih, Sari. Itu membuatku merasa sedikit lebih baik. Tapi
. Kau punya bakat yang luar biasa, dan tidak semua orang bisa menghargain
gingat itu. Mungkin aku perlu berlatih lebih
ada dirimu sendiri. Mari kita tulis puisi lagi bersama!"
miliki teman yang mendukungnya. Di tengah kekecewaan, harapannya untuk melanjutkan menulis puisi dan mengeksplorasi perasaannya terhada
ya dengan buku catatan di pangkuan. Ia melihat langit yang mul
an?" gumam Budi pada dirinya sendiri. Ia meraih pensil
ian, aku berd
u menggema, m
sepi, aku mene
kutulis, adalah j
i lamunan. Itu Sari, yang datang dengan senyum cer
pikiranku dari semua yang terjadi,
melangkah masuk. Budi merasa cemas, teta
binar saat membaca puisi-puisi yang ditulis Bu
i, tetapi rasa takutnya kembali muncul. "Tapi... ap
engungkapkan perasaanmu, bukan tentang mendapatkan pujian dari orang lain.
. Mungkin aku perlu lebih fokus pada dirik
bisa membuat antologi puisi sekolah! Bagaimana kalau kita ajak tem
akan semangat baru mengalir dalam dirinya. "Tapi
mereka tidak mengerti. Kita lakukan ini untuk diri kita sen
ivasi. "Tapi aku perlu bimbinganmu. Mungkin aku bi
nyum lebar, dan Budi merasakan rasa
engajak mereka untuk berpartisipasi dalam proyek antologi puisi. Beberapa teman Budi yang tertawa s
kritik yang membangun, dan Budi merasa terinspirasi oleh berbagai suara dan gaya menulis ya
hari peluncuran?" tanya Sari suatu hari saat mereka dudu
esuatu yang bisa menunjukkan perjalanan ini,"
kan?" tanya Sari de
angkit meski menghadapi rintangan. Aku juga ingin mengaitkan semua i
men tentang persahabatan kita, tentang bagaimana kita sa
sa membuat puisi kolaboratif. Aku bisa mulai dengan
ari yang melanjutkan dengan baitnya sendiri. Momen ini membuat Budi merasakan kedekatan yang lebih dalam deng
yang tidak menghargai karyanya, ada juga banyak orang yang mendukung dan mengerti makna di balik setiap kata yang
aksi orang-orang terhadap puisi k
berarti," Budi menjawab, merasakan k
di depannya masih ada, ia tidak sendirian. Bersama Sari, ia telah menemukan kekuatan di balik kata-kata yang ditulisny
ambu