MALAM TERAKHIR DI KOTA
ngunjung lainnya, suasana di meja Ardi terasa hangat. Momen nostalgia memenuhi percakapan mereka, s
l tertawa. "Ingat nggak waktu kita bolos kuliah demi non
semangat yang merasa bahwa dunia adalah tempat yang tak terbatas. Konser band indie l
elengkan kepala dengan senyum penuh nostalgia. "Tapi, jujur saja,
annya dengan Fira di luar bar. Ia mencoba untuk tidak memikirkannya, untuk fokus pada tawa dan cerita lucu yang berputar d
, namun matanya tampak sedikit menerawang. "Rasanya kayak baru kemarin kit
pat berlalu. Sekarang, lihat kita. Ardi akan menikah, Andi sudah p
pernah muda bersama, melewati masa-masa sulit, menjalani impian mereka. Masing-masing kini telah
n tatapan penuh godaan, "Kamu ingat nggak waktu kamu naksir b
rah, meskipun ia berusaha tertawa juga. "Ya ampun, kenapa kamu h
kelas!" tambah Fira sambil tertawa lebih keras. "Kamu sampai
m ini begitu hangat dan penuh cinta dari teman-temannya, tapi ada ketegangan yang ia rasakan, sesuatu yang tak terlihat tapi nyata. Ia melihat Fira tertawa, namun senyum di wa
mpak sedikit lebih pendiam dari biasanya, terutama setelah canda tawa tentang masa kuliah mereka. Ardi me
a, dan ia ingin menikmatinya tanpa terlalu memikirkan hal-hal yang rumit. Ia mengangkat gelasnya sek
isa mengabaikan fakta bahwa ada sesuatu yang tak biasa di antara mereka malam ini. Mungkin itu hanya bayang-bayang k
untuk merayakan ikatan yang telah mereka bangun bertahun-tahun. Tapi Ardi mulai menyadari, ada jarak yang perlahan muncul di antar
tertawa, sesekali melirik Ardi de
opik berubah menjadi lebih serius. Dan Andi-Andi tampak terjebak dalam p
m hati. Ia berusaha keras untuk menikmati momen, tapi semakin
nya, sambil menyeruput minumannya dan menyandarkan punggungnya di kursi. Malam masih panjang, d
l tentang masa-masa mereka di kampus, tapi pikirannya terus melayang. Ada sesuatu yang m
rsiapan apa-apa?" Reza tertawa, sementara yang lain mengangguk, meng
di wajahnya, meskipun kali ini matanya tampak jauh. "Reza yang
eski kegelisahan di hatinya masih ada. "Tapi seper
u momen kita merasa hidup, ya? Waktu kita nggak
dalam dari ucapan Fira. Dia menatap Fira, berharap mendapatkan petunjuk lebih dari tatapann
a segar sebentar," katanya tanpa melihat siapa pun. Ardi bisa merasakan sesuatu yang a
inan kebingungan di wajahnya. "Ada apa dengan Andi
u. "Nggak tahu. Mungkin l
an soal rumah...," katanya dengan suara lirih, lalu m
a tajam. "Kamu t
berbicara. "Aku nggak tahu detailnya, tapi beberapa hari lalu
di dadanya mulai membentuk kecemasan
ng... dia merasa bersalah soal sesuatu. Sesuatu yang terja
kah ada sesuatu di masa lalu yang bisa menjelaskan perasaan Andi saat ini, tapi pikirannya tetap kosong. Apa
" tanya Reza, masih dengan
ia nggak bilang apa-apa, cuma me
ba mencari jawaban di mata Ardi dan Reza
bertukar pandang. Mer
g pernah terjadi dalam kehidupan mereka yang mungkin menyebabkan Andi merasa seperti itu. Tapi in
a. "Seingatku, nggak ada. Maksudku, kita semua biki
balik sikap Andi. Sebelum mereka bisa lebih jauh menebak, pintu bar terb
namun senyumnya tak mencapai matanya.
akhirnya bertanya langsung.
h, nggak ada apa-apa. Cuma stres soal kerjaan, y
a, menatap Andi lebih serius. "Masalah besar? Apa ini ada hub
Fira dengan ekspresi penuh rasa bersalah sebe
"Aku nggak maksud buka rahasi
duduk kembali, kali ini tanpa m
a, bergetar halus. "Ya... itu... masalah lam
buhnya sedikit ke depan. "Apa itu, Ndi? Kita udah sa
Kemudian, setelah keheningan yang panjang, dia akhirn
sa dadanya sesak.
aha keras mencari keberanian untuk melanjutkan. "
mengerti ke mana arah pem
u malam... aku... ak
berguncang. Tawa dan nostalgia malam itu seketika lenyap. Yang tersisa hanyala
ambu