BAYANGAN CINTA DI MASA SILAM
g luas. Aroma tanah basah dan daun teh bercampur dengan embun pagi, membangkitkan nostalgia dalam
dak ini diambilnya setelah menerima kabar duka tentang meninggalnya sang nenek. Rasa kehilangan dan ke
ya. Ia teringat bermain petak umpet di halaman rumah, berlarian di sawah bersama Ra
a, meskipun sudah bertahun-tahun mereka tak bertemu. Raka, pemuda sed
pun tampak sedikit usang. Ia turun dari mobil, matanya tertuju pada taman kecil di depan rumah
li
h dan mendapati seorang pria paruh baya ber
o tersenyum hangat. "Nenekmu sudah dima
rkaca-kaca. "Maaf, Pak. Say
melihat beberapa kerabat neneknya sedang berkumpul. Ia menyapa m
," kata seorang perempuan paruh baya yang Al
m tipis. "Ter
di Jakarta?"
Saya beker
apa,
a di perusah
erbinar. "Hebat sekali, Alia.
alu bangga padanya, tapi ia juga tahu bahwa neneknya selalu berha
a kabarnya, Bu
di sini, Alia. Dia masih bekerja di
masih menunggunya? S
a. Dia tidak pernah melupa
merasa seperti kembali ke masa lalu, ke saat ia
nemuinya," kata Alia
lah dia. Mungkin ini adalah kesempa
perti terjebak dalam pusaran kenangan, dan ia tidak
nya," kata Alia,
inya. Untuk kembali ke titik awal, untuk mera
ertemuan ini akan membawa ba
rtemuan T
membawa aroma tanah basah dan daun teh yang menyegarkan. Ia teringat masa kecilnya, saat ia
ugup dan penasaran bercampur aduk dalam dirinya. Bagaimana Raka sekarang? Apaka
seorang pria sedang duduk di teras, sedang mengupas kulit kacang. Pria itu mengena
lia, suaranya siri dan menghampiri Alia, wajahnya dipenuhi k
jawab Alia, mat
penuh kerinduan. "Kau sudah ber
s. "Kau juga, Raka.
-olah waktu berhenti berputar, membawa mereka kembali ke
Alia?" tanya Raka, s
ka. Aku beker
arnya," jawab Raka.
Kau juga, kau masih b
h bekerja di sini. Aku tidak p
, dan ia tidak pernah melupakan Raka. Namun, jalan h
rtanya sesuatu padamu," ka
a dengan penuh h
ih mencintai aku?" tanya
tnya tertegun. Ia tidak tahu jawaban
ama ini," kata Raka, suaranya be
u mendengar kata-kata Raka. Ia tahu bahwa Raka mencint
wab Alia, suaranya bergetar. "Aku
bahwa Alia membutuhkan wakt
lia," kata Raka. "Aku a
sa seperti kembali ke titik awal, ke saat ia
ertemuan ini akan membawa ba
Pertemuannya dengan Raka tadi pagi masih membekas di benaknya.
ermain petak umpet, dan saling bercerita tentang mimpi-mimpi mereka. Ia teringat bagai
telah membawa mereka ke arah yang berbeda. Alia telah sukses dalam karirnya di
ta Raka, "Aku menunggumu selama ini, Alia. Aku selalu menunggumu.
pakah ia masih bisa kembali ke masa lalu? Apakah ia masih b
ner terkenal, dan ia telah berhasil mewujudkannya. Ia telah membangu
yang tulus dan sederhana yang pernah mereka miliki. Ia t
harus memilih antara masa lalu dan masa depanny
li
enghampirinya, membawa secangkir teh hangat. "K
sulit untuk diputuskan. Tapi, ingatlah bahwa kamu tidak sendiri
uarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya. Namun,
kata Alia. "Aku akan
utusan yang ia ambil akan menentukan masa depannya.
ambu