Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang
tri
bibir bapak mertua yang biasanya selalu diam. Namun, aku tidak
n sudah lama hengkang dari rumah ini. Dan bukannya kami tidak pernah mencob
g dilakukan
i rumah sakit. Saat kami datang menjenguk beliau kala it
ih ingat kata-kata ibu mertua waktu itu. Bahwa sampai bapak dan ibu mer
tua terlalu sayan
asa t
elenggu kehidupan Mas Ruslan. Tapi apa yang membuat mereka melakukan hal ini? Kenapa hanya Mas Ruslan yan
nyaanku ini belum
uk diam saja di sana. Jangan bicara yang tidak
mutuskan untuk bungkam. Bukannya aku tidak ingin terus
idwan mempersilakan tamu terhormatnya untuk mulai menya
ibu mertuaku turut mempers
dak mau ketinggalan. Aku sendok tiga centong nasi ke atas pi
arunya akan belepotan dengan makanan. Untungnya Danis juga m
ni kerja dima
rtanyaan tiba-tiba terdengar menyapa. Aku spo
t menjawab pertanyaan ini, pak Ridwan tela
sudah dijalankan turun temurun. Sekarang Ruslan bert
umnya menganggukkan kepal
" tanya seorang pria tua yang aku ket
awab pak Ridwan dengan suara
Dina sama Dimas bukannya lulusan S2?"
daranya. Dia nggak suka belajar. Makanya begitu lulus SMA, dia lebi
Ruslan tidak suka belajar? Bukankah mereka yang memaksa Mas Rus
lah lebih dulu meremas tanganku yang ada di bawah m
ah Dina dan Dimas ya? Bagus juga memiliki saudara yang pengertian yang
arkan dengusan sinis. Ketika semua orang di meja ini menatap ke arahku, aku
Papa benar. Kamu it
antik yang pertama kali membuka topik pembicara
rbinar cemerlang itu, membuat sudut mataku berkedut tak suka. Aku lantas meliri
umaman singkat sebagai tanggap
miku itu ternyata lebih memilih untuk kembali fokus pada makana
tas, aku lemparkan tatapan penuh kemenangan ke arah w
m hati saat melihat tatapan wanita it
b dipanggil Tiana ini. Untungnya Tiana juga tidak terus menatap ke arah suamiku dengan pandangan l
l juga. Kamu sudah berkerja keras!" puji Pak Rusdi pada menant
gkas Dimas dengan senyu
ngan baik. Awas kalau kamu berani menyakitinya. Terutama sekali, awas kalau
pastikan, aku tidak akan pernah mendua!" sahut Dimas menimpal
tu dengan baik!" ujar pa
gan khawatir!
Pembicaraan yang orang-orang ini lakukan melompat dari topik satu ke topik lainnya. Mereka semua terl
i pendengar. Apalagi ketika mendengar mertuaku mengeluarkan lelucon untuk membanggakan
atu demi satu. Begitu semua orang telah pergi, aku dan Mas Rusla
l Mbak Dina dar
mencuci piringku sebelum kemudian
AAK
a-tiba mendarat beg