PELUKAN HANGAT PAPA MERTUA
t tebal yang melingkar lembut. Sinar matahari menyusup melalui celah tirai, membiaskan cahaya di kamar tidur yan
i mendalam. Namun, apa yang awalnya terasa menggairahkan, akhirnya menjadi melelahkan dan emosional, mereka saling berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan masing-masing. Na
sentuhan dan ciuman penuh makna, meninggalkan jejak merah di sekujur tubuhnya yang putih. Ia merasa terombang-ambing antara
g merasa tubuhnya berat. Bahkan
li?" Rintihnya yang mera
r kopi. Brian sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ia memakai setelan jas berwarna hitam dengan poton
dikamarku?" Tanya Luna yang bel
ya tersen
ng belum menyadari bahwa dia belum me
ebih seksama. Apakah ada yang ber
g yang berbeda dengan kamarnya. Berwarna hitam dan abu-abu, terasa sangat gelap. B
turun kebawah menampilkan kedua bongkahan besar miliknya terekspos lagi. Brian melihat itu
!" Ba
bil mengambil selimutnya la
g terjadi?
ingat dengan yang terjadi semalam? Benarkah
an memaksa otaknya untuk keras berpikir. P
atanya dan menatap B
apa lakukan pad
aju, mwnurut kamu apa yang sedang terjad
uka selimutnya dan benar.
gnya dan memakainya. Entah sejak kapan
melihat kelucuan
selimutnya dan
g masih terasa nyeri. Namun ia tahan. Ia b
akk
una sambil berurai air mata.
an berdiri sejajar dengan Luna. Badannya yang t
ggoda lebih dulu. Siapa yang tiba-tiba mencium papanya sendiri dengan agresif, ketika di mobil
ngingat semuanya. Ia mabuk berat semalam,
g sudah kau lakukan?" Bisik Brian di samping te
hadapanku. Dan kau berubah menjadi wanita binal dan liar semalam
p. Ia menatap
Kau wanita yang hebat Luna. Kau terus meracau hal tidak jelas tentang
mengambil jasny
asnya dan b
u yang mabuk benar-benar luar biasa. Bahkan, semalam juga, kita sudah seperti pasangan
e
una seaka
um Brian meraih gagang pi
h kebelakang melihat L
menunduk menahan gejol
i sangat bercampur aduk sekarang. Ia memutuskan untuk men
juga pria normal. Aku sudah menduda sudah hampir 10 tahun. Dan kau, dengan sukarela memberikannya semalam. Aku tahu, aku sanga
rih Luna yang te
ngan diingat lagi. Sudah cukup lah dengan apa yang terjadi semalam. Biarkan ini menjadi rahasia
lagi, semua sudah terlanjur. Nasi sudah
silitas di rumah ini. Disini cukup lengkap kok. Ingin makan apapun sudah tersedia di kulkas. Ad
a hanya menga
u menungguku, aku akan mengantarmu pulang. Aku akan hubungi Eri
nya mengangguk sebaga
!" Ucap Brian tanpa
rgi, kini dia
benar sudah gila. Namun anehnya, ia sedikit demi sedikit mengingat kejadian semalam. Dimana Sang ayah mertua dengan gagah mencumbuinya. Menggagahinya, mengungkungnya. Tubuh Luna kembali be
merah ditubuhnya, bahk
g. Rasa malu dan semuanya bercampur aduk. Bagaimana bisa, kesucian yang selama ini ia jaga, harus hilan
sam