Hasrat Terlarang dengan Atasan
uh Venina menegang. Dia memegang erat berkas di tangannya
gerti maksud, Bapak," ssaya semalam?" desak Er
enenangkan diri agar keresahannya tak
amatamu ada di ruangan saya?" tanya Erlangga dengan suaranya ya
nya yang menyebabkan kacamatanya tertinggal di ruangan Erlangga. "Saya... saya tidak tahu, Pak,"
erjadi malam itu, Nina. Jangan berpura-pura seolah-olah kamu bisa melupakannya begitu saja,"
ga dia terpaksa berlutut di hadapan pria itu. "Saya... saya janji akan melupakan semuanya dan tidak akan pern
wanita itu dengan keras. "Jadi, benar kamu memanfaatkan kondisi saya semal
tidak bisa mempercayai bahwa Erlangga men
erlihat jelas di matanya. "Apa benar yang saya katakan itu? Apa benar kamu kemba
perlakuan Erlangga yang meragukan integritasnya. "Apa yang sebenarnya Bapak ingin denga
aya untuk berbuat lebih dari ini!" Erlangga menghem
g bercinta semalam kalau memang itu yang ingin Bapak dengar," ucapnya dengani tegak, menahan pandangan tajam sang atasan. "Lebih baik Bapak memeriksa kamera pengawas untuk mengetahui semua
kan ruangan itu, meninggalkan Erlangga
*
dirinya setelah melihat bagaimana caranya meluluhkan Venina. Dia telah
mungil berkacamata itu ketika memandangnyaang ingin Bapak dengar," suara Venina terus bergema
ngan gerakan cepat, tangannya gemetar saat dia menjawab panggilan. "Batalkan semua p
h dia ke ruangan saya sekarang!" tamba
Riko mengabarkan bahwa Venina tidak ada di ru
nuhi oleh segala kemungkinan mengerikan yang bisa saja terjadi pada wanita itu. Venin
yapu meja Venina, mencari-cari tanda-tanda keberadaannya. Namun, tida
mbol untuk naik ke lantai atas. Dia menunggu dengan tidak sabar sampai akhirnya pintu lift
edung, tubuhnya terayun di ambang bahaya. "Kamu gila, huh?!" jerit Erlangga, langkahnya te
penuh dengan kecemasan dan kekesalan. Dia merasakan detak jantungnya berdebar
bih lanjut. Dia melepaskan pelukannya lalu menatap wanita di hadapannya lekat-lekat. "
r tanpa suara. Dan dalam keheningan itu, Erlangga merasa sesak. Apa yang sudah dia lakukan? B
rnya dengan tulus. Diremasnya bahu Venina dengan lembut. Dilet
langga menjaga suarany
utusasaan. Wajahnya pucat, dan matanya terlihat begitu lelah. "Apa yang Bapak inginkan?" tanyanya dengan sua
rlangga dengan tegas. Membuat tubuh Venina menegang
Gambaran tubuh wanita itu, lembut dan menggoda, tiba-tiba saja mun
k pakaian kerjanya yang monoton dan tampak longgar di tubuhnya itu. D
na saling bertautan. Terlihat buku-buku jarin
terjadi kedepannya," ujar Erlangga dengan tegas, mencoba men
ngan dahi berkerut, mencoba memahami ap
gan hati-hati, menelan ludah saat dia mengungkapkan kata-ka
amnya sambil mengusap perutnya tanpa sadar. Bagaimana mungkin dia tida