Mengandung Anak Boss
ani beberapa hari sebelumnya. Meski begitu, ia tetap bangkit dari tempat tidur dan bersiap untuk berangkat ke
atu yang aneh. Ia melihat ke bawah dan terkejut melihat bajunya basah oleh ASI yang merembes keluar. Siska merasa panik sejenak, mencoba mencari cara
ng, telepon di mejanya berdering. S
dan bawa ke ruang kerja saya,"
buatkan," jawab Siska sambi
buat kopi untuk Arga sambil berharap bahwa bajunya tidak terlalu terliha
i ruangan. Mata Arga menyipit, memperhatikan dengan teliti setiap gerakan Siska. Saat Sis
k beres dengan bajumu
dadanya dengan lebih rapat. "Maaf, Pak
artinya produksi ASI-mu meningkat. Bagus, tapi s
ng semakin meningkat. Arga mendekat lebih deka
sung darimu, Siska," bisik Arga
eberapa langkah. "Pak Arga,
angan Siska dan menariknya ke kamar pribadinya yang ada di belakang
u dan memandang Siska dengan tatapan yang penuh hasrat.
serta blus Siska. Dengan lembut namun tegas, ia menyingkirkan pakaian ya
t dan aneh, tetapi ia mencoba untuk tetap tenang. Namun, tangan Arga tidak diam. Ia mulai mer
iska dengan suara tertahan an
ati setiap tetes ASI yang keluar. Siska merasa tubuhnya bereaksi dengan cara yang tidak bisa ia ken
dengan tatapan puas dan berkata, "Kamu melakukan pekerjaan yang
an apa yang baru saja terjadi. Ia merapikan pakaiannya dan
jaannya. Meskipun mengalami rasa sakit dan tekanan yang luar biasa, Siska tahu bahwa ia harus be
annya demi keluarganya, demi membayar hutang ibunya yang menumpuk. Ia berusaha
. Ia sering memanggil Siska ke ruangannya, meminta bantuan dan kadang mengulangi kejadian yang sam
ini. Ia harus menemukan kekuatan dalam dirinya untuk menghadapi Arga dan segala tekanan yang ada. Siska tahu
Ia berusaha sebaik mungkin untuk menyeimbangkan antara pekerjaannya sebagai sekretaris dan kebutuhan medis Ar
amun, untuk saat ini, ia harus bertahan dan menghadapi segala rintangan dengan kepala tegak. Ia harus mene
ra drastis, tetapi ia percaya bahwa suatu hari nanti ia akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian yang selama ini ia