Menikah dengan calon ipar
a terlihat menangis terisak, menarik pakaian nya dengan perasaan penuh sesal dan gelisah. Dia merasa berdosa setelah semua terlanju
u peduli, baginya itu bukan hal yang harus dia tepati. Dia terbiasa bergonta-ganti pasangan, hanya saja ini pertama kalinya mendapatkan anak perawan. Rasanya tentu berbeda dan d
dosa bertanya, menyentuh bahu Alika dari
r menekan nya, tentu saja dia menyesali nya tapi pertanyaan laki-laki tersebut seolah-olah menyudutkan nya, terdengar seolah-olah laki-laki itu
kamu nanti, yang kedua kali ny
, jika gadis itu bisa berpikir dengan jernih sesungguhnya dia hanya dijadikan tempat pelampiasan kepuasan saja. Dan bodoh nya seper
egelisahan dan ketakutan menghantui dirinya. Bagaimana mengatakan nya, dia takut bagaimana jika mak dan bapak tahu dengan dosa yang baru saja diperbuat nya. Padahal mak seringkali menasehati dirinya, satu-satun
Batin gadis yang telah sempurna menjadi perem
am erat telapak tangan nya, tidak berani menatap wajah l
ka, sejenak membuat Baga
pak mencari ku." Ucap
pulang. Dia takut mak marah, bapak yang sakit-sakitan bisa jadi khawatir dan
gadis udik dan kampung ini sok suci dijala kesucian nya sudah direng
atin Bagas, dia bera
berniat beranjak menjauhi Alika namun tiba-tiba dia menghentikan lan
a seperti itu, dia berdiri di hadapan Alika, menatap perempuan
tu, dia menatap Bagas dalam kabut sisa air mata masih tergenang di kedua belah
anya sambil menaikkan ujung alisnya, menatap Alika dengan tatapan berbeda, kali ini tatapan itu tidak seperti tatapan saat Baga
mata Bagas, apalagi ucapan laki-laki tersebut
tuk membiasakan diri antara satu dengan yang lainnya, Alika." Dan Bagas berus
remas telapak tangan nya d
i?" Dan kini Alika melesatkan tanya, yang sesungguhn
kkan sudut bibir nya, dia mengedipkan
meninggalkan Alika meraih handuk yang
sa tidak baik-baik saja, mempertanyakan apa maksud da