Obsesi Pacar Sahabatku
temenin
kan tatapannya dari handphone, mereka
car gue. Gue lagi ribut sama dia dan semalam janji bakal
lebih serius gadis di samping nya. Roman-roman nya dia akan
ca chatan gue
kemana arah permasalahan yang di terima Septi. Dia chatan dengan Gibran
ereka berdua berangkat menuju kediaman Agra,
iaman Septi. Makanya gadis itu mengajak Sila untuk menemaninya ka
ong ti
gu pemilik apartemen membuka pintu, Sila yang berdiri di b
ya, tapi ini pertama kalinya dia menemani Septi ke tempat
rangah dengan lantai gedung apartemen yang ditempati Agra, lantai 40. Lantai kalangan
ng masih SMA, mungkin dia satu-sat
" panggi
g sudah membuka pintu dan berdiri dengan muka ba
engaja berkontak mata dengan pria itu. Sedikit
asu
ragu, masuk kedalam apartemen
gen sama dia, turunin ego lo. Disini lo
pan mereka dengan wajah seten
Septi menahan tangannya untuk tetap tinggal, namun Sila tak ingin ikut campur di permasalaha
m, deket dapur.
i dari sana setelah melepas paksa t
amu. Namun saat di ruang TV yang menghubungkan dengan ruang tamu, dia mendengar perdebatan temannya itu
a hubungan apapun lagi sama
, aku cerita ke dia. Aku sama Gibran bener-bener gak
onton pertandingan Volly nya, tapi aku
ia anter beli makanan. Dan kamu gak ng
ng sama dia karena motor aku lagi di
a anterin beli nasgor. Kalo mau bohong, yang pinter
engakui, temannya jelas salah, karena masih merespon perlakuan manta
k merespon lagi Gibran, namun karena susah di kasih tau, akhirny
a sekeda
an jalan malam untuk mencari udara segar. Dan Sila baru mengeta
. Pantas saja gadis itu rela jauh jauh menghampiri Apartemen
eleng, apalagi Agra yang merupakan pacaranya, dia pa
Septi mengajaknya pulang karna ibunya sud
nya Sila, mereka membawa motor
telpon terus. Bisa di amuk g
a petir lagi. " Seru Sila, dia t
ma, hanya taku
rin pake mobil
at jika ada kecanggungan di antara mereka. A
uk tahap selingkuh. Pergi dan chatan
marah kalo aku pulang gak
uluh menitan lagi, pa
nggak g
da mantel kan? " Tanya nya memastikan
ak melakukan percakapan setelah pe
ya pertanyaan gadis itu. Dalam hati Sila meringis, disini dia juga me
ya dan melangkah ke arah kaca yang memperlihat
es tadi. Mau maksain pulang se
wabnya yang mala
kap lo udah nanyain, nanti lo
a membuka jok motor milik Septi dan m
dienya" Pakai ini dulu biar anget. "
. Kan lo yang bawa
Pake buruan. " Paksa nya dan merampas
api
tadi dia memakai kaos lagi, lang
embantu sahabatnya itu
ti kepada Agra yang menghampir
sement, namun pria itu
. " Ti
epalanya, " Nggak, ak
r lo gapapa. " Titah Si
ya ragu, " Nggak usah deh,
n licin sekarang. " Ujar Sila. Tidak sepenuhnya beralibi, selain itu juga
k memperhatikan intera
ama dia sekarang kesempatan supaya n
o harus sendiri. " Uj
kali. " K
a dan menggas motor nya lebi
lebat jika sudah di jalan. Apalagi Sila membawa motornya t
dapannya yang berjalan
tu yang akan semakin menjelang malam dan
itu membuntuti nya di belakang. Dia kira pria itu akan membawa dengan kecepatan rata-rata
gigit bibir bawahnya merasakan rasa dingin yang masuk ke tu
ke rumah Septi, matahari sudah tenggelam,
ukup kram antara
dari bibirnya setelah sampai di d
mah nya, rumah mereka berjauhan. Sekitar 7 km lagi unt
Ucap Septi yang sudah
dengan senyum tipisnya, dia
Yang diterima dengan ba
erin sama Agra.
Lanjut gadis itu menatap sang paca
ngangguk dan
an dia lagi di rumah temennya, gak jauh dari
g, dia gebetan
s nunggu lagi.
dia aja. Lagian pacar lo mau
gue, ayo.
Septi mendorong temanny
ue. " Melas Sila, berusaha me
in dia kan? Mending sam
tu, gue lepas dulu mantelnya. Disini
dia membantu melepas a
, mau di pake n
a memegang bahu Agra dan naik
ggu bentar. " Titahnya. Dia berlari ke arah
ang nya suruh dia bawa balik. " Ucap
un dia hanya menerima jak
an cuma di Pegan
ake. " Kesal Sila ka
na untuk pulang bersama seseora
Mereka belum memiliki status, katanya kalo memberitahu se
aat Agra mulai memundurkan moto
an. Agra membawa motornya dengan cukup santai, jadi Sil
ka dia tidak perlu di jemput dan membatalk
otonya secara mendadak, otomatis dia ters
epan berhenti menda
duknya, rasanya dia ingin m
i. " Pesannya dengan
r pria itu be
udah dingin banget. " Pinta Sila dengan tubuh yan
Sila tak enak jika mereka terla
n. Bahaya kalo
tidak salah
ebut-kebutan saat pulan
" Tanya nya, tak
mbalas, hujan turun
ang menampilkan wajah Sila, bibir pucat nya menjadi penegasan jik
undak pria itu sebagai pegangan. Dia tak ma
ngan saat dibawa nanti, bisa-bisa tubuhnya t
up, mereka sampai di depan
g turun dari motornya. Pria itu jauh lebih basah kuy
tidak enak rasanya. Namun, lebih tidak enak menolak pri
Ajaknya me
di handphone nya dan m
tunya dan ikut ma
lai menyala, Sila ber
tah nya dan masu
nti baju? Gue punya abang dan ada beberapa
tu dengan senyum tipis
nya, mengambil kaos dan celana selut
to
atas tempat tidur. Gue mau ke ka
an cermin, kemudian menatap pintu ka
amnya menatap wajah
ang basah, bibirnya tert