PESUGIHAN BONDHO TURAH
-oleh setelah pengajian kemarin, hidupnya jadi berubah seratus delapan puluh derajat. Dia
emua uangnya seratus ribuan, dan dengan pengalamannya sebagai se
nelan l
cana dengan uang itu. Dia akan segera membayar hutang pak Joko, tauke sekaligus pengepul Sayur di Kayu Dawung, dia
pergi ke kota dengan naik angkutan pedesaan yang hanya ada sehari sekali. Angkutan itu akan berkeliling Kayu Dawung da
asnya besar sekali?" Tan
di kota, bu," jawab L
? Di desa kan lebih ny
ke kota, dia ingin jadi orang kota. D
ali-kali merasakan jadi ora
ke kota. La mbok ke kecama
Saya pengen cari ua
kit-dikit, kan nant
kota. Dia diam saja, tidak menanggapi omongan orang-orang di dala
khirnya dia bisa terbebas dari suasana desa yang sepi dan monoton. Dia
ost yang cocok untuk dirinya. Tempatnya dekat dengan pasar ind
rian berpetualang hingga ke kota besar. Dia mulai memejamkan
segera bangun dan
tidur kecil itu. Sepertinya semua bersih. Lina
-tiba seperti ada angin yang berhembus di
duit akeh! (Ayo, ikut ak
i. Kali ini dia be
Teriak Li. Duitku akeh tenan! (Kutunggu di sungai, ya
merinding. Dia berusaha foku
di? (Sung
i Ku
ekali. Dia kan sekarang berada di
sah mlaku! (Ayo! Perginya deng
mriki mawon. (Nggak, mb
Dia tidak kembali ke desanya lagi sebelum
skan untuk
litikan di lehernya. Kali ini ge
ang yang kurus. Mencekik perlahan namun pasti. Lina berusah membero
ma tubuhnya lemas. Dia kehabisan tenaga. Lina pun diam tak bergerak. Menj
*
di peta, menjadi sebuah desa terkenal di seluruh negeri. Pak Kades tambah pusing dan merana. Dia juga kelelahan har
i ini?" Bisiknya. Dia m
harus kuat," kata bu Kades sambil melet
hanya bisa
gat betapa banyak korban jiwa yang ada r
ndudukmu saja yang diurus
enoleh ke a
maksudm
celakaan sampai sekarang, kok mak
apa,
dan dia benar-benar nggak bisa bic
in perkataan istrinya
Kalau misalnya memang perlu periksa, ya perik
*
n ibunya. Seandainya bapaknya tahu kenapa Dimas diam saja sek
dan Lintang. Sejak kejadian kemarin dia belum bisa pulang dan melihat waj
atir dengan keadaan Dimas yang lesu, diam saja dan tak nafsu makan, dan menter
sa pulang sekarang, dia pasti bi
i! (Dim! Ditanyain kok diam saja! Ayo periksa lagi, tak teme
pengen istirahat. Saya peng
ikit kesedihan di sana. Pak Kades paham, mungkin D
ja sama bapak, ya,
pak Kades lega. Rupan
*
u itu mau pulang. Mbakyumu, kan kebi
ih,
k? Pengen
unya semua masalah bisa
ibu mesti enak. (Apa saja, bu.
sederhana. Selesai kuliah dia langsung mendirikan bengkel dengan teman-temannya. Luar biasa! Dalam waktu kurang dari
kin urap sama t
r, dengan alasan ingin beristirahat, padahal dia ingin melamunkan Lintang, yang sekar
la sesuatu. Tanpa diduga Dimas sama sekali, Lint
gu mas Dimas. Mas Dimas kapan p
n itu. Senyumnya langsung mekar, dan t
ak. Sekarang saya sedang di Kali Gintu
juga, dia tidak peduli dengan
nggak, mas? H
ga. Ia langsung mengiya
enunggu sampai habis Asha
*
sulit, kok mau service motor. Yang
ko yang suruh periksa. Aku
unya lagi. Ibunya marah, tapi tahu
injam sebentar," pinta Dimas pada
ngkah Dimas yang nganeh-anehi. Gelisah ke sana ke mari, katanya mau tiduran
dan sakit tidak sembuh-sembuh. Rupanya Dimas memanga sakit rin
des te
awa, to bapak ini!"
ng antar Dimas ke sana. Aman, po
rubah cerah seketika. Rupanya
*
unggu di depan ga
, membuat Dimas lemas. Dia merasakan kelegaan yang mengguyur hatinya. Ketika melih
ng sembuh ini kayakn
langsung ketawa
t! Sainganmu
Dimas pura-pura marah dan merengut
hati. Ketika melihat Dimas memakai
ir. Lintang segera mendekati Dimas dan membantunya duduk
as sakit," kata Lintang lagi. Dia benar
sudah sembuh, iya, kan, Dim?" Kata Eko sambil
k Lintang, nggak papa, kan?" Tanya Eko dengan sengiran lebarn
mas. Ya, nggak papa, mas. Mak
untuk berduaan dengan Lintang. Pak Kades sudah pergi dari tadi den
pa? Jatuh dari mot
gelengkan
belakang," jawab Dimas, suaranya gemetar sak
berseru
nal dia segera memeriksa luka Dimas yang terlihat. Tanpa maksud apapun, tapi
bak. Sama retak sedikit di telapak kaki. Wa
nggak tahu. Seharusnya tadi mas Dimas bila
ula pengen sekalian jalan-jalan, " jawab Dimas. Di dalam hati
sul ke desa malah mau ke kota. Dari balik kendaran yang be
kunjungan ke pelosok sama bu Indah, ma
a bukan k
utkan berbicara beberapa
nya sudah oke, mba
intang, tiba-tiba wajah Lintang jadi b
salah bi
, kan boss?" Potong Eko cepat. Membua
meng
ap hati, jiwa dan raga di Kayu Dawung, service moto
ih. Dimas langsung melotot dan memukulkan kruknya ke
enak," jawab Lintang. Dia agak ke
ma kasih sudah mau mengabdi di
tersip
adahal saya di sini
api pura-pura ber
manya," kata Dimas. Dia terkejut send
lah tersen
Allah saya niatkan akan mengadi di sini untuk selamanya,"
bahagia, hatinya berbunga-bunga. Semoga Al
ko masih tertaw
*
kai motor itu, lagipula jalan di desa ini belum dikenalnya, dia ta
aspal, mulus dan rata, walaupun memang agak sempit. Jarang ada lubang
a Lintang tidak mendengar apa yang dikatakan Eko tadi. Apa tadi katanya? Oh, ya : '
dang tersipu sendiri kalau dia mengingat tentang Dimas. Entahlah, padahal mer
an seorang pengusaha sukses dan terkenal di kota, mana mau dia sama bidan d
k memperhatikan ada sebuah lubang yang cukup dalam tepat di belokan ters
tu, atau apa? Keras tadi rasanya, dan dia tidak memakai helm
mata. Lintang melihat cahaya seperti
mbak L
sosok Sandi di a
*