icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Beri Aku Kesempatan Kedua

Bab 2 Tertampar Kenyataan

Jumlah Kata:1807    |    Dirilis Pada: 17/04/2024

waktu kurang lebih tiga jam. Di sepanjang jalan yang mereka lalui, Ishvara

rita-cerita yang dirinya bahas. Berusaha membangkitkan ingatan gadi

-lakinya mengakrabkan diri dengan Ishvara — gadis kecil yang umurnya jauh

nya itu sejak kecil memang sulit berbaur. Sesekali saja ikut bermain, itu p

a sampai-sampai kakak keduamu tidak kamu ceritakan.” Ishvara mengalihkan t

, serta pernah menjabat sebagai CEO di salah satu perusahaan peninggalan sang ayah

g mendengar kabarnya sebab dia selalu sibuk. Jadi aku sendiri bingung harus menjelaskan apa padamu. Ta

i tertinggal amat jauh. Padahal sewaktu kecil, selama bertahun-tahun mereka bertiga tumbuh ber

Kalandra menikah, lalu Nagendra juga menyusul untuk menikah. Apa kau punya

. Aku tak apa. Karena kasihan melihatnya sendirian, dia selalu diberi sindiran oleh orang

karena pekerjaan sang kepala keluarga yang dipindahkan. Saat itu um

rsama Ishvara semasa tinggal di desa. Tapi setelah belasan tahun ber

ki—teman-temannya di masa lalu. Dan sialnya, kenapa harus dengan Kalandra? Cowok

*

satpam. Kita masuk saja ke dalam. Kalandra pasti sudah

n cat putih bersih yang mendominasi penglihatan. Bagi Ishvara yang sudah serupa katak dal

sendirian, hanya ditemani oleh asisten rum

uru tempat di rumah ini, mendadak maniknya itu membola ketika mendengar penjelasan S

tidak suka ada orang lain yang mengusik privasinya. Sekali pun it

pertanyaan yang satu per satu mulai muncul dalam benaknya

erada, akhirnya mereka sampai juga. Sagara dengan santai dan ten

rja. Ada satu rak lemari khusus untuk buku-buku yang disusun rapih. Bebe

h tumpukan dokumen-dokumen, serta satu buah laptop dibiarkan menyala menghada

udah terasa panas dingin. Menyadari betapa jauh jarak atau sekat yang

,” panggil Sa

angan dua orang yang kini sudah berdiri menghadapnya. Karena terl

anita berwajah kusam lengkap dengan pakaian lusuhnya itu dengan perasaan jijik. Dalam pik

enar tidak bisa

untuk menyapa, berusaha meniadaka

itu. “Dia Ishvara. Teman kita sewaktu di desa. Bukankah dia tidak berbeda jauh de

rang kau boleh pergi. Giliran aku yang mengobrol dengannya di sini. Hanya empat ma

Aku tidak akan mengganggu.” Sagara perlahan memundurkan

ta-ta

andra pada Ishvara, i

ang lebih mendekatkan pandangannya untuk bertatapan dengan Kalandra. Tat

nya di atas meja. Pandangannya tidak dialihkan sama sekali dari

an, kenapa ka

bertemu dengan Kalandra. Jadi sebisa mungkin ia m

g bisa bertemu denganmu lagi pada kesempatan ini,” ucap Kaland

a denganku,” sambung Kalandra, tapi mend

anikan diri untuk bertanya, kini ia bisa meli

a terlihat mengerenyit. “Lho, a

seharusnya Sagara beritahu pada Ishvara? Kenapa ini terdenga

ontrak semata,” imbuh Kalandra untuk menjelaskan, tak

kspresi seperti apa, yang jelas saat ini hatinya seperti jat

di sini aku memiliki seorang kekas

arnya sudah Sagara lakukan pada gadis malang itu. Entah bujuk rayu seperti apa yang dikataka

na dengan surat wasiat yang d

annya memukul-mukul meja karena merasa geli meliha

tidak tahu apa yang sudah dia lakukan sampai bisa membawamu ke sini. Tapi akan kuperje

an mereka melakukan semua ini padanya? Bukankah pertemuan setel

e

isak tangis dan rasa sesak yang kian bergumul dalam dada. Tangannya yang mengepal

mutualisme? Dengan menikah denganku, kau akan diberi kehidupan yang lay

ar bahwa kamu menikah dengan pria sekaya diriku, mereka pasti tidak akan lagi mema

engan rahang yang mengetat, terlihat sedang b

ama, wajahnya tenang namun siapa

n kontrak denganku?!” teriak Ishvara, sebelum akhirnya t

“Jika bisa, aku akan menikahinya. Tapi karena situasinya sedikit rumit, maka aku

i ini. “Kenapa harus aku? Kenapa kau tidak mencari wanita lain?” S

at Ishvara yang menangis tersedu-sedu karenanya. Dirinya bahkan sem

udah dibawa ke sini dengan sebuah alasan embel-embel ‘surat wasiat’ dan aku yakin, satu rupiah pun Saga

n dada kembang kempis. “Bajingan

ua bahu. “Begitulah orang-orang menanggilku.” Dia men

ehidupan normal penuh kebahagiaan yang diidam-idamkan para wanita di

i kursi. Kadung tersulut emosi, dirinya tak bisa lagi d

berancang-ancang melangkah pergi, siap meninggalkan ruangan. Dengan g

Kalandra dengan wajah tenangnya berjalan mendek

Ishvara berteriak hingga urat-urat di lehernya nampak, ta

a di sini. Jadi, hapus air matamu itu. Berhentilah menangis.” Kalandra

Kalandra mengeluarkan selembar kertas dari balik jas

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka