Saya Pembunuh
b.
sepeda mininya ke rumah sakit. Terik matahari tak dihiraukan , yang di pikirannya hanyalah ingin cepat menjumpai ayahnya. Sesampainya di depan rumah sakit, Hanum turun d
at taruh sini
oh saku rok seragam sekolahnya. Dikeluarkan 2 u
rkir sepedaku
m sambil mengelus-
damu gratis parkir sini .
cil itu
asih, pak
ah-engah ,Hanum langsung berhenti di depan kamar pasien. Perlahan-lahan gadis kecil itu masuk kamar pasien , melihat ayahny
ayah. Hanum pulang sek
jam dinding , s
Ayah selalu lihat jam din
rnya Hanum tertidur juga di kursi, kepalanya tertelungkup di dekat bantal ayahnya. Tak terasa sudah jam setengah empat sore, suara ketukan di pintu membangunkan Hanum , langsung H
si saya ?. Apa sa
jayanto meng
menolong menyembuhkan anda tapi
kan pandangannya melih
eninggal dan saya hidup bersama Hanum . Kal
ndengar ucapan pasiennya yang satu ini
panti asuhan meskipun nanti d
yang sedang mengganti botol infus. Prof . Wijayanto dudu
saya mengajak istri
rof. Wi
_
yanto bersama istrinya menemui ay
i saya. Kemarin kami sudah bicara
l mengangguk. Istri prof. Dr
n setelah saya melahirkan bayi laki kembar dua,
. Wijayanto yang duduk berdiri di sebel
anak anda. Kami berjanji pasti menganggap anak
r yang mau mengadopsi anak perempuannya semata wayang tapi di satu sisi dia merasa sedih karena hidupnya ta
ua, prof. Wijayanto yang berkenan mau
as dalam-dalam kemudian m
nya rumah sederhana, tolong ju
ersenyum sambil menggeleng. Dengan
, biarlah rumah itu menjadi kenang- kenang
ijayanto pu
dan merawat Hanum samp
nya Hanum. Sambil mengusap ke
it kanker darah yang saya indap ini dan janga
ah ayahnya mengenalkan Hanum pada istri prof. Dr. Wijayanto langsung Hanum duduk di lantai dan mengeluarkan buku pelajaran sekolah dan kotak pens
riksa hasil perka
pensil pada ayahnya yang terbaring. Ayahnya
mengerjakan tugas dari sekolah, makan, tidur si
to mengacungkan k
ebat menanamkan di
anum tert
yangi Hanum dan mengajari Hanum membagi w
n, manis dan pintar. Suami istri ini yakin Hanum di didik dengan baik oleh ayahn
_
ggu k
Wijayanto dan istrinya membantu memulangkan jenazah ayahnya Hanum ke rumah duka. Para tetangga berdatangan, jenazah ayahnya Hanum
inggalkan Hanum
eluk Hanum yang masih menangis meratapi kepergian ayahnya. Bergetar jiwa keibuan istri prof Dr Wijayant
ggil Alloh. Ikhlaskan
u memeluk erat istri prof. Dr. Wi
endirian padahal ayah janji
, kita tidak boleh melawa
incang-bincang dengan ketua RT setempat untuk mengambil Hanum sambil menunjukkan surat wasiat dari almarhum ayahnya Hanum y