KUNCI LATHI
a harus merawat empat anaknya sendirian dan istrinya --Salma-- harus dirawat di rumah sakit setelah diserang oleh perempuan bernama Azalia, yan
ama Nurul Hakim baru berusia tiga setengah tahun dan Salma sudah hamil anak ke
i tadi. Nurul Hakim sedang diajak jalan-jalan oleh Ustadz Nurul Islam dan putra beliau ... eh, siapa namanya sa
menga
it, menggantikan Mbak Naimah dan Mas Naim menjaga Salma," jawab Fiki.
i nyaris tidak tega melihat kesedihan mertuanya itu. Fiki tersenyum dan mendekati Yasna, dia sebenarnya ingin memeluk Yasna dan mengatakan bahwa s
i Salma saja," kata Fiki pelan. Dia buru-buru menghapus air matanya. Ya
pasti kuat dan mampu menerima ujian ini, kan, Ust?" Yasna terisak dan segera melep
nya. Dia terisak pelan. Entah berapa kali dia harus menitipkan keluarganya pada keluarga istrinya karena masalah ruqyah dan ekspedisi. Tiba-tiba hati Fiki terasa begitu berat dan dia merasa begit
itu terasa hangat dan menenangkan. Fiki menoleh
Ustadz Fiki," kata bapak mertua Fiki yang bernama Fadli. Fiki men
tinggi menjulang di depannya. Fiki mengangguk dan berterima kasih kepada kedua mertuanya dan dia segera bergegas ke rumah sakit, karena dia tidak ingin be
*
putih, putih kecoklatan atau belang hitam putih. Sasongko tidak bisa mengeluhkan kesulitannya itu pada majikannya yang sampai sekarang bel
lucu. Sasongko tak bisa membayangkan dia harus menyembelih hewan lucu itu dan me
lum pernah punya, Mas," kata penjaga to
ruk kepalanya y
di desa yang sangat terpencil dan jauh dari perkotaan. Jarak desa mereka dengan kota kabupaten mereka yang bernama Karang
n peliharaan, Mas. Bisa kandangnya, rumahnya atau makanannya dan ada juga yan
mengerti, tetapi waj
a, Mas?" tanya Sasongko dengan ma
mau Karang Wuni, saya carikan sekalian," tawar penjaga toko
wab Sasongko, karena dia memang akan sekalian membel
yang dijual di pasar hewan itu. Kebanyakan para penjual hewan di pasar hewan di Desa Taman Kecanggah ini menjual burung dara dan hewan ternak. Hanya beberapa kio
o menuju ke tempat parkir dan menaiki motornya. Untuk terakhir kalinya Sasongko melihat pasar hewan itu, siapa tahu dia melihat kios atau toko yang menjual
Sasongko sangat terkejut ketika tiba-tiba saja didepannya ada seorang anak yang menyeberang jalan. Dengan gugup Sasongko berusaha menger
*
berusaha mengingat apa yang terjadi tadi. Sasongko membeliak ketika mengingat dia tadi menabr
ng dan sunyi. Sasongko berdiri perlahan dan melihat ke sekelilingnya. Anehnya dia sama sekali tidak melihat
h
erdebar keras. Dia segera berjalan tertatih ke arah motornya dan berharap bahwa yang dilihatnya itu adal
i marmut itu, mulai dari kepala sampai ujung ekornya yang menggulung. Sasongko puas sekali. Sekali lagi dia memeriksa
*