SEDARAH & SENASAB
a. Ia tak peduli pada izin, tak juga peduli pada apa pu
g? Walau pernikahan mereka masih dirahasiakan. Beberapa jam kemudian lela
lebih berarti lagi," ujar lelaki itu, ia hirup
bauk, tahu, belum mandi, ya?
mua demi kebahagiaan wanita yang ia sayangi, juga calon anak yang kira-kira tujuh bulan lagi akan lahi
rlalu lama, Bang. Abang bisa tinggalin aku kapan saja. Apa susahnya ju
i Abang terus terang, janji." Lelaki itu bahkan
juga anaknya nanti biarlah dia di
tidak bahagia selamanya." Amel memejamkan mata, ag
ji dalam keadaan senang, biasanya sering ingkar. Mereka bahkan tak sega
aan begitulah para laki-laki, kata
il. Jaga anak kita, jangan sampai kekurangan gizi." Lelaki itu juga menambahkan uang belanja untuk istriny
ermasuk Amel pula, kerisauannya tadi menguap begi
mbah suaminya yang tak pernah selalu ada di sisinya. Memang, Dika s
n besar, barang-barang untuk persia
k kita ini perempuan. Dilihat dari bent
gan Sinta. Gadis itu tak suka diabaikan, mengingat mereka nanti akan jad
dianggap bukan kebanggaan keluarga?" tebak Amel. Dika hanya menggeleng saja,
hir anak kita, Sayang
t, aku bawa pergi anak kita. Seumur hidup pun Abang tidak akan pernah berjumpa dengan dia lagi!" ancam wanita itu untuk pertama kalin
t, ya. Iya, Abang janji akan temani kamu lahiran." Tiba-tiba s
nta?" tan
gkat panggilan tersebut, dan hanya berkata iya iya saja. Bahkan belum menjadi
lagi, jadi besok Abang langsung pulang ya." Lelaki manja itu meng
rnah main-main. Demi anak aku bisa berbuat apa
r bertemankan sepi, padahal kepalanya s
akan Abang umumkan pada kedua orang tua A
dalam kamar. Dika pun mengetuk pintu kamar itu, ia pamit harus kembali ke rumah. Ia
embali lagi." Dika pamit dan ia keuar rumah. Kini ia tak mengenaka
ter kandungan, tapi Sinta membuyarkan semuanya. Gadis itu sela
*
agar pernikahannya bersama Amel bisa segera ia umumkan. Namun, pintu kamarnya diketuk, tanpa izin darinya Bu Inah masuk dan melemparan fo
itu. Ia tak berani memandang m
n. Kamu akan hidup miskin tanpa mobil, motor, ponsel dan uang. Didepak dari kantor, dicoret dari daftar penerima harta warisan. Dan kamu b
lahnya Dika
as siapa bapaknya?" Bu Inah menebak dengan jitu. Dika hanya mengangguk saja, tak ada lagi yang bisa ia semb
juga. Tolong pengertiannya, Ma." Lelaki itu memelas, ia seperti kucing yang kehila
sudah dijalin. Kamu pikir semua itu tidak? Urus nafsu saja kamu tidak becus, apalagi urus anak. Satu kesempatan ini
tu bukan keinginan Dika. Atau gimana kalau Sinta tetap Dika nikah
minan masa depan cerah, Amel berarti kamu miskin menggelandang selamanya. Jangan kamu pikir Ma
gas, salah satunya agar tidak ada wanita lain yang mendekat
i seberang sana mengatakan kalau perutnya sudah sakit-sakita
berjanji akan menyusul istrinya sesegera mun
juga ingin tahu seperti apa cucu yang dilahirkan oleh anak haram itu." Bu Inah meminta Dika bersiap. Beber
h berdiri di depan ruangan tempat Amel sedang mempertaruh
l wanita itu memang menginginkan cucu juga. Namun, cara yang
ah dipindahkan ke kamar rawat inap. Terkejut Amel mendapatkan kunjun
aku pernah bilang. Bu, itu cucu Ibu," u
ucapkan kata cerai itu se
meluk dan mengucapkan terima kasih pada istrinya. Apalagi Amel yang
ini, Bang?" tan
tangi anak lelaki saya lagi, walau anak kamu sakit parah sekalipun. Dia bukan cucu yang saya inginkan!" Dengan tanpa perasaan Bu Inah mel
lah itu air mata mengalir dari pelupu
Ancamannya juga akan ia jadikan nyata, seumur hidup Dika tak akan
noleh, ia tahu sudah menorehkan lu
ama menjadi suami kamu. Ini saya tinggalkan beberapa lembar uang. Semoga cukup untuk kamu pergi dari kota ini dan jangan lihatkan wajah ka
iakan akhirnya ia tanggung juga. Rasanya ia tak ada beda dengan ibunya
i nama Camila. Benar, akan ia turuti kata Bu Inah,
ambil lembaran rupiah itu. Masal
lu, Bang. Hidupmu tak akan pernah
ambu