About Sila
h Sila setelah melihat Sila sudah ada di sana. Dia merentangkan tangannya. Sila langsung masuk ke dalam dekap
nis banget sih baby-nya Lucas, yuk pulang nanti lanjut di rumah ka
ila. Mereka berpacaran sudah hampir tiga
rumah aku dulu seben
a a
membawa peralatan sekolah dan baju seragamnya ke dalam tas sekolahnya. Sila keluar dari rumah dan sudah berpamitan
*
jajanannya yang masih diproses. Entah kenapa pagi ini Sila menginginkan yang namanya cimol. Karna cimolnya belum
belum?"
k dulu nggak papa. Nanti neng ke sini
"Enggak deh Bu,
ekarang goreng yang baru." Sila menghel
an pukul tujuh lebih lima belas menit. Dia sudah terlambat, tapi untungnya sekarang
gambil cimol, seorang cowok tiba-tiba mengambil cimol itu, membe
kasih!" teri
bibirnya. Ibu kantin merasa iba pada Sila, melihat Sila yang seper
i nggak, saya kasih gratis
af juga atas sikap ti
eng ga
Itulah pertanyaan yang ada di benak Sila, tapi Sila tak memperdulikannya dia segera pergi ke kelas, dia me
ara guru kesiswaan yang killer, Bu Dian. Sila merasa in
u, tadi dari kantin?" t
ar ingin menan
bell?" tan
u,
ak masuk kelas ka
gi berantakan. Dia terus menatap Sila yang terlihat sep
ab h
. Soalnya saya belum sarapan. Eh pas di sekolah malah disuru bikin ketik-ketikan di laptop
bisa sih kalo langsung ke kelas, tapi nanti ibu mau tanggung jawab kalo magh saya kambuh? Enggak kan?" Cerita Sila
engan tatapan yang sul
nya,
lo ibu mau sidang, nanti saja di pengadilan sekolah Bu. Lagian ngapain sih ibu ke
l berani
sema
u Bu udah je
leh se-ba
Sila benar-benar tak habis pik
h ibu ke sini?" Bu Dian ger
ang nggak boleh Bu? Mana Bu?
pa nanya gi
nya kayak gini. Langsung aja Bu, saya mau dihukum atau duduk Bu? saran saya men
makin mengembangkan sen
u Pipit lagi!" lanjut Bu Dian. Bagaikan tersamb
d Day," ucap S
*
rang dengan jaket WASP yang di pundaknya terdapat
al lo lakuin sekara
?" balas Dika d
gant
ena dulu," seringai Dika berharap Riko ingat dengan
tanya Riko den
k malah nanya
na siapa?"
ue, now I remember you," bal
ga gue anggap sebagai adik
diam dan Riko sem
nggak pantes nyindir orang, dan asal lo tau hubungan g
ang kata-kata lo. Gue ke sini cuma mau lo bantuin gue buat
ue juga bakal tanya Sisil dan nyuru Si
kopi, tidak ada lagi percakapan setelah. Y
*
rpakaian rapi serba h
mau kemana jarah hah pakai
a, ini tuh keren kayak mamba-ma
ren ke sini. Mama izinin ya? Soalnya ada tugas yang aku gak ngerti ja
aja tuh, di ruang t
mam Sila langsung
angat tebal dan besar, dengan sampul kitab bercorak Arab gundul, satu kata yang mendeskripsikan papanya genius. Sila t
Pria paruh baya itu sa
s. 'Ok kalem Sil,'
rim aja l
upun mengotak-
ah
mm
sampe besok, mau belajar baren
h ijinnya,
ma mama belibet banget hidup Sila bukan? Sila dengan tidak sopannya lan
rengek
sung tertawa renyah. "Iya sana p
hnya nampak buru-buru di depan gerbang Re
o,"cele
menatap muka sombong Reno, S
ang lo dianterin gue? Nanti kalo kita dinika
emalem. Jalan ce
jukan bahwa mereka telah sampai. Sila turun dari motor dengan terburu buru tanpa pamit ke Reno. Tak tau malu memang, dan
ia berjalan menuju meja nomor dua puluh empat, menatap seseorang yang
ertera di handphone. "Iya kamu juga jangan pulang ma
da pemiliknya. Si pemilik handphone yang masih syok melihat Sila dengan
o!" umpat
rhatian banget kayaknya sama lo, padahal h
"Gue juga perhatian
h gue, ini menurutn
awab Riko. Sila hanya mengangguk, ia menunggu Riko memulai pe
sama ponsel gue," ujar Sila entahlah Sila tak ingin membawa apap
i ini adalah saat yang tepat untuk melihat HP Sila. Dia benar-benar diselimuti rasa penasaran bercampur ketakuta
san telegram dari nama Beri. [Nona bos sudah sampai di Italia, bos meminta nona mengambil hadiah untuk nona di rum