Selingkuh Sebelum Akad
*
mah karena cinta yang Satrio berikan perlahan berubah. Ah, sebelumnya, perkenalakan namaku Shena Arfeya. Aku seorang tour guide professional yang sudah bekerja s
akin menyakitkan. Demi apa Satrio tidak berubah. Lelaki itu tak pernah me
e ken
maku. Aku menggeleng tegas sambil menampilkan senyum manis di bibirku. Tak ingin keponakanku satu-satunya i
uruti. Kurasakan jari jemari kecilnya mengusap sisa airmataku. "Tante nggak boleh nangis, nanti He
ya akan sesakit ini. Sungguh, satu-satunya tujuanku datang ke sini adalah untuk memperbaiki hubunganku de
apan perasaan Satrio terbagi, atau mungkin perasaannya benar-benar telah pergi. Membayangkan itu membuatku terisak lagi. Siapa yang bisa menerima ini? Bayangkan, sep
, apa yang sebenarnya ingin kuhindari? Patah hati inikah? Aku terkekeh sembari membiarkan air mata mengalir lagi. Sat
k mungkin nyakitin kita. Dia peduli dan sayang banget sama kita selama ini," ucapku. Mungkin Heya tak akan menegrti, tetapi aku ta
epenuh hati. Tidak mungkin hanya karena seorang perempuan Satrio rela meng
aki itu masih sangat mencintaiku dan tak akan pernah berpikir untuk menyakiti perasaanku. Namun, keyakinan itu perlahan memudar
aku. Tanpa tahu malu mereka membagi canda dan tawa. Ribuan jarum menghujam jantungku tanpa ampun ketika
Heya. Perempuan yang Satrio kenalkan padaku sebagai kekasihnya. Ya Tuhan
t kecil Heya. Hatiku remuk. Satu-satunya yang bisa kujawab dari pertany
Hancur sudah organ di mana aku menyimpan perasaanku untuk Satrio berada. Benar-benar hancur berkeping-keping ketika Satrio tanpa segan mencumbu Santi meski ta
aku pergi ke sana. Memberikan sebuah tamparan panas kepada Satrio dan selingkuhannya. Namun, lihat apa yang terjadi? A
te .
ngan senang hati aku mengantar Heya pada lelaki itu setiap kali ia mencari Satrio, tetapi kini tidak
hubungan ini pulih seperti dulu. Aku benar-benar tak sudi menyerah sekarang juga. Satrio adalah milikku
menemui Satrio dan selingkuhannya. Malam semakin larut, tetapi niatku untuk menggenggam Satrio kembali ke dalam pelukanku masih membara. Aku ben
ey
tang. Ketika menoleh yang kudapati adalah seorang teman lama. Sahabat yang du
. Dari sekian banyaknya orang yang aku temui hari ini, Axel menja
amu nggak tahu?" tanyanya. Aku mengerutkan dahiku. Reuni? Mendadak aku kembali mengingat pesan chat yang Bianka, teman kuliahku,
mpai mereka melihat Satrio bersama perempuan itu! Aku tid
un lagi pada Axel karena Satrio adalah prioritasku saat ini. Aku ben
karuan. Pertanyaan silih berganti memenuhi benakku ketika praduga buruk itu menghampiri. Apa mungkin Axel sudah melihat Satrio dan pere
na sudah. Bahuku melemas ketika Satrio benar-benar di sana dan sedang berbincang dengan beberapa teman-tem
." inginku bertanya, tetapi aku terlalu
u berlari pergi," terangnya. Aku terkekeh, senyumku terbit dengan sangat terpaksa. Sungguh malu rasanya kar
rio nggak seperti yang kamu p
an meninggalkannya meskipun telah mendorongku berkali-kali. Satrio tidak pernah dengan lantangnya memintaku un
biasa saja saat melihatku. Dengan sendirinya pula Santi menyingkir, seolah memang menjadi tempatku di samping Satrio. Namun, lagi-lagi
hirnya mengikutinya. Kupandangi wajah Satrio. Entah kenapa aku berharap menemukan kecemburuan di sana. Sama seperti d
i sungguh menyiksa. Aku tidak tahan untuk tidak bertanya. Kutinggalkan Axel lalu berlari pada Satrio. Semua orang menatap k
ya. Aku ingin mendengar permintaan maaf dari lelaki itu sekarang juga. Namun, hingga detik berla
nggak peduli ketika aku ngobrol bareng Axel yang dulu selalu kamu cemburui." Tanya itu menuntut
ru ketika aku punya
gar pengakuannya. Ya Tuhan ... apa sebenarnya yang Satrio inginkan? Apa dia ingin aku pergi men
u tentang itu. Bahkan teman-teman kuliahku yang dud
u seperti biasa ketika aku marah padanya. Lelaki yang terama
sam