Antara Kerja dan Kenikmatan
ga darurat, men ini 20an lantai, jadi di lantai 10 saya sudah mulai ngos-ngosan, dan akhirnya saya mengambil lift. Sampai d
dan mengarahkannya kewajahku, langsung ke tangkis juga dengan tangan kiri ku dan ku genggamm sekarang kedua tangan
yang kami lewati cukup sepi, saya menarik Nita d
di sini?" tanyanya de
enuju parkiran motorku, kuberikan jaket kulitku untuk dia kenakkan begitu juga h
n bersamaku, melewati Valentine ini. Akhirnyaku putuskan untuk membawa Nita menuj
tipan, dan karena itu saya pun memutuskan untuk memata-matai Nita dan Dody. Nita sangat senang, dan Nita memelukku semakin erat dari b
dalam lift, Nita sudah memelukku dengan erat. Entah bagaimana bibir kami sudah bertautan, bibir lembut Nita yang begitu indah berwarna pink,
saya tidak perlu sulit lagi mencari kunc
hernya untuk menyanggah kepalanya, dan tangan kananku tetap di pingganya. Lengan Nita pun tidak lepas dari
ecup lehernya perlahan-lahan, antara leher dan dagunya perlahan dan lembut, terdengar nafas Nita semakin membu
a, perlahan, pelan dan berakhir di telinganya. Tubuh Nita menggeliat ketika ku kecup dan j
nya, terasa berbeda sensasi malam ini, lidahku dan Nita mulai saling paut, saling menjalin. Kuhentikan
nama lengkapnya dan dia pun tersipu
enarik kepalaku kearahnya. Bibir kami kembali terpaut, perasaan be
ingin menjaganya. Tapi berbeda dari apa yang ada dalam pikiranku, tangan kananku mulai mengusap lembuat payudara Nita, sesekali meremasnya dengan pelan. Nita mulai mendesah dengan pelan, dia pas
tasnya dan berusaha menggapai smartphone itu, dia khawatir itu adalah telfon orang tuanya. Ternyata bukan, di
lantai, karena sofa memang tidak terlalu besar, sofa itu sudah penuh oleh Nita yan
jawab apa, untuk apa cemburu toh Nita sudah mencampakkannya, untuk apa cemburu sedangkan Nit
a berjalan masuk, sangat sexy menurutku dengan berlenggak seperti di catwalk, dia bersimpuh
tapi dia merangkak padaku. Dengan tangan dan lututnya di karpet
a telah duduk di atas pangkuanku. Saling berhadapan, tidak bisa dipungkiri penisku mengeras, dan aku yakin dia pasti merasakannya. Tang
rsebut turun. Resliting itu hanya sampai setengah dari bluesnya. Tanganku kini dapat merasakan lembutnya kulit punggung Nita, rasanya begitu
an genggamannya dari leherku, membiarkan bluesnya jatuh dari lengannya. Nita menarik tubuhnya sedikit kebelakang, membiarkan blu
ali coba ternyata berhasil, sepertinya ilmuku belum luntur. Kini tanganku lebih b
engkal bahu, leher, hingga kembali ketelinganya. Dia mendesah menikmati se
a kembali mengecup bibirku, sebuah ciuman yang panjang. Lalu tiba-tiba saja dia berdiri. Meloloskan bluesnya jatuh kelantai, begit
gsung melantunkan musik jazz. Nita tahu kebiasanku yang suka beraktifitas dirumah
bersama musik itu. Perlahan dia turunkan celana jins ketatnya, jins itu terlihat ketat dan begitu sulit turun. Saya berniat berdiri d
terlihat, namun samar dalam gelapnya ruangan. Semakin larut dalam musik, gerakan Nita terasa begitu erotis, kini kedua tangannya menutup masing-masing payudaranya sambil sembari bergoyang. Dengan gerakan kakinya itu
am tanga, yang menutupi kemaluannya. Sembari musik terus berputar, tubuh Nita kembali meliuk-liuk. Kembali dia membelakangiku, kali ini sembari m
, dan dia paling tahu saya mudah penasaran. Payudaranya yang ranum dan padat, terlihat begitu padat, kare
ara, sembari menikmati musik dan terus melenggang. Begitu Indah payudara itu, begitu menggoda, begitu sekal dan ranum. I
sam