GAIRAH CINTA CEO DINGIN
dari ruangannya. "Nanti, kalau kamu ke luar dari sini. Pergilah ke ruangan yang ada di seberang l
ri ruangan Ryan, membalikkan badan
yang tadi dikatakan oleh bosnya. Berdiri di depan pintu
tersebut. Karin duduk di hadapan seorang wanita dengan pe
pak Ryan untuk melapor kepada ibu, kalau saya se
Karin. "Apakah kamu sudah mengetahui, apa saja yang harus k
ang. "Secara garis besar, saya sudah men
janya dan tak lama berselang terdengar suara mesin cetak berbunyi. K
e email perusahaan. Kamu tidak perlu merasa heran, bagaiamana bisa saya dengan cepat m
setiap masuk ke dalam perusahaan dirinya harus selalu mengenakan id card ter
k Ryan memang menyukai wanita, jadi jangan pernah kamu berpikir nanti, kalau pak Ryan itu menyukaimu,
permusuhan dari wanita yang duduk di depannya ini. "Ibu jangan khawatir, say
annya. "Tentu saja, kamu akan berkata seperti itu, seperti sekretaris sebelum-sebelumnya.
wanita ini sudah selesai. "Ibu tidak perlu takut, saya be
hati. Namun, karena berjalan sambil menunduk dan tidak memperhatikan apa
, mencegahnya untuk jatuh. Ia pun mendongak untuk melihat
cepat, ia mencoba untuk melepaskan pegangan tangan Ryan di pinggangnya. Namun, bukannya mele
k senang bapak seperti itu," ucap Karin d
ka dengan apa yang saya lakukan, kenapa jantung
a yang memakai heels, sehingga Ryan dengan c
ru beberapa menit yang lalu ia terima menjadi sekre
tidak mau bapak main peluk begitu. Saya akan bekerja sebagai sekretaris bapak se
n. "Pergilah kamu! jangan lupa besok pa
dengan cepat masuk ke dalam lift yang berbeda
cepat ke luar dari dalam gedung dengan lantai tujuh terse
era sampai di halte bis, yang letaknya tidak
i tadi," gumam Ryan dalam hatinya. Diperhatikannya Karin yang berjalan dengan cep
wanita yang berjalan di depan, bapak bunyikan klakson
iba saja terdengar suara klakson yang nyaring. Ia sudah a
it dan terlihatlah wajah dingin bosnya, yang sepertinya memang sengaja
menuju apartemennya yang terletak di pinggiran kota New Jersey tiba. Tak lama b
icarinya kursi yang kosong dan dirinya beruntung, masih ada tersis
yalakannya lampu untuk menerangi ruangan, yang tadinya gelap. Ia berjalan menuju dapur, dibuka
. 'Betapa beruntungnya aku, mendapatkan pekerjaan yang kuinginkan. Hanya saja, aku harus wa
ponselnya. Ia masih merindukan Ibunya, sekalipun wanita yang
akan seperti ibunya. Yang rela memberikan tubuhn
tanggung jawab! Takkan kubiarkan apa yang telah membuat hidupmu menjadi h