GAIRAH CINTA CEO DINGIN
kerja hari ini. Bagaimana aku akan diterima bekerja, kalau untuk meng
eja berwarna putih dan rok dengan panjang di atas lutut. Ia lalu mematut dirinya di depan cermin besar, yan
cil di pundaknya. Karin pun berjalan ke l
yang tegang dan gugup. Hari ini ia akan menjalani wawancara, untuk lowongan sebagai sekretaris
sahaan yang akan ditujunya. Rasa lega, menghinggapi hati Karin, karena ia tidak ter
besar, yang ia inginkan dari wawancaranya nanti. 'Aku harus mendapatkan pekerjaan itu, k
ju gedung tempatnya akan menjalani wawancara. Sesampainya di dalam gedun
n penampilanku terlebih dahulu. Dan ini semua,
g, dengan sang pimpinan perusahaan tersebut. Duduk di depan ruangan d
kan menjadi tempat dirinya melakukan wawancara, seb
n mempersilakan kepadanya untuk masuk ke d
Ekspresi jutek terpasang di wajahnya, membuat jantung Karin berdegup kencang keti
at menghiasi dahi Karin, menunjukkan jelas kegugupannya menghadapi wawancara kerja yang
t wajah jutek, yang dengan jelas memperlihatkan aura tidak suka kepadanya. Diketuknya pintu
sa itu pasti, karena wanita yang tadi memanggilnya. Entah a
but hitam pria itu ditarik ke belakang, terlihat sangat rapi. Tubuhnya yang dibalut kemeja putih tetap kentara kekar di mata Karin, terlebih k
ng duduk di kursi kerjanya. Dan terlihat ia beg
ri di sebelah kursi yang disediakan untukny
unkan kertas yang sedang dia pegang. Raut wajah pria itu t
langsung berdetak kencang, berhadapan deng
hang tegas, wajah pria tersebut patut Karin akui sebagai pria tertampan yang pernah dia lihat secara
ita itu tanpa berpikir langsung bertindak sesuai arah. "Perkenalkan dir
perkenalkan diri,
maja Corp. yang sedang mencari seorang sekretaris, pekerjaan yang sedang Karin incar. Rumor mengatakan bahwa pria itu memang sangat tam
ebut juga sering dikabarkan sebagai seoran
? Wajah tampan, dengan aura dingin dan misterius yan
k wanita yang bersedia mencoba menjadi sekretaris pribadi pria tersebu
kan dirinya, "Nama saya Karin Arvantie, saya merupakan lulus
. Ada sesuatu dari pandangan Ryan yang membuat darah Karin berdesir. Namun, wanita itu berusaha untuk tet
alah dengan penampilanku? Seharusnya tadi aku mematut diriku dahulu di da
ar dari bibir Ryan. "Apakah kita pernah bertemu?" Dengan manik terpaku pad
arena ditatap dengan tajam dan begitu intens oleh Ryan, dia mengepalkan tangannya untuk menahan kegugupannya. Hanya dengan sebuah
ng terlihat seksi dan menggoda. Bibir itu
gan terlipat di depan dada, sebuah senyuman terlukis di bibirnya. "Pintar menyanjung,"
n. Namun, dengan cepat wanita itu menjawab, "Pengalaman, gaji, dan juga jenjang karir. Saya yak
erasa berkeringat dingin. Ia belum pernah merasakan
an senyuman profesional Karin sedikit bergetar dan tubuhnya menempel pada sandaran kursi. Dengan dua tangannya mendarat di tangan kursi Karin dan