Duri dalam Bunga
h untuk mem
untuk menyem
an setiap epiode
us selalu menyiapkan kete
cap Habibah dan Najma
n!" teriak Ibu Najma dari dalam dapur lalu Hab
r Ibu Najma sambil menaruh nasi di piring Habibah dan Najma. H
" kata Habibah yang dia
adapannya sudah lengkap dengan nasi serta lauk pauk. "Bu, kentang ba
nan lalu menyerahkan piring yang sudah berisi kentang balado. Najma pun mengangguk lalu mulai menyalakan kompor. Habibah yang melihat kedua
Najma sambil tertawa dan merasa bangga ketika anaknya yang
. Terus gimana denganku yang tiap harinya mencuci, menyapu, masak? Yang ada aku malah merasakan lelah tak berarti,' batinnya yang sangat me
menyelimuti seisi rumahnya karena Ayah dan Ibu tirinya pun masih terlelap. Habibah segera membersihkan diri dan dilanjutkan bersiap-siap di dapur untuk menghangatkan nasi. Suara adzan subuh pun tela
tak ingin membangunkan ayah atau ibu tirinya tapi ia merasa tidak enak jika harus meminta bantuan pada Ibu tirinya. Dengan susah payah Habibah mengerjakan sendiri mulai dari meng
aktulah yang sudah menyitanya. Cucian yang hingga menggunung beserta baju adiknya membuat ia menangis. Mengapa Ibu tirinya tak ingin
n berjalan dengan baik termasuk dengan pekerjaan rumah? Bukan pula Habibah tak ingin membantu tapi waktunya dari subuh hingga malam ia habiskan di kampus apalagi jika bukan untuk be
cucian numpuk. Apa Ibu gak mau bantu Habibah hanya untuk menyiapakan na
an menangis lagi. Ayah akan merasa berdosa pada almarhumah ibumu," katanya
air matanya kemudian pergi kedalam kamarnya. Selama Habibah di kamar ternyata ayah menjelaskan masalah tad
h masih melihat Habibah yang masih menangis dengan tatap
nta maaf? Memangnya apa salahnya? Mencurahkan
air matanya. Ayah mengangguk. Habibah segera pergi ke kamar
uk diberi keadilan. Bukan malah meminta maaf padahal aku sendi
cap Habibah di hadapan ibu tirinya kemudian ibu tirinya hanya mengangguk. Semenjak kejadian itulah Habibah tidak ing
abibah. "Aduh sakit kena minyak panas," rengek Najm
ngusap tangan anak semata wayangnya itu. Habibah yang inisiatif langsung m
n ke tangan Najma. "Ibu gak akan nyuruh kamu mas
abatnya. Lihatlah, bahkan hanya untuk perihal menggoreng saja Najma gagal namun masih sa
a udah gini. Tapi gak apa
h dengan nada manjanya. Habibah hanya tertawa pelan melihat ting
ibah dan keluarganya, entahlah Habibah harus mengadu dan berlindung kepada siapa. Najma dan keluarganya adalah ru
sampe kecipratan minyak goreng kayak gini lagi," u
seru ibu Najma sedangkan Najm