Kutunggu Jandamu
provokasi dari sang ibu. Rahma mengaku, kalau Laras sama sekali tidak sepadan dengan Reza hanya karena Laras hanya anak dari petani kecil di desa.
kata ibunya, tentang Laras yang memang tidak pantas menjadi istrinya. Lihatlah sekarang ini, Reza hanya bisa meli
kin, kalau Laras hanyalah bayang-bayang kehancuran untuknya. Itu kenapa, hingga detik ini, Reza belum juga mengaku pada dunia, termasuk pada orang-orang
*
adikan budak saja, apa sebaiknya Laras mengaku kalah saja? Apa sebaiknya dia putuskan untuk berpisah lalu pulang ke kampung halamannya? Tapi, bagaimana jika orangtuanya bertanya, dan para tetangga yan
kau kita adakan pertemuan yang lebih formal lagi? Kita bahas lebih detail lagi di
hati akan mengatur pertemuan kita selanju
Anda memang orang yang menampung seluruh manusia-manusia berbakat. Saya jadi s
a. Bahkan setelah David pamit pergi saja, Laras masih saja terlihat fokus pada imajinasinya. Hingga Benara tak taha
tersentak. Lamunan
alas ucapan Pak David tadi?" tanya
ng. Orang itu sudah pergi. Laras lantas saja meringis, mengutuk kebodohannya
kesalahan yang sama, Pak. Maaf sekal
angguk-angguk kec
. Tapi lain kali, tolong fokus sama pekerjaan kamu. Hilangk
sal akan tindakannya. Dia hanya bisa menatap lantai,
s! Dan tentang ide yang kamu jabarkan tadi, jangan berhenti di sana, kembangkan lagi selagi kamu masih punya
saha lebih keras lagi." La
usuk sebilah pisau. Mendadak saja pandangannya kabur, dan dadanya berdetak begitu cepat. Entah kenapa, Benara merasa seperti akan tumbang.
Pak! Pak! Tolong!"
, ikut memberikan efek gemetar pada Laras. Di
n sebuah pertolongan. Laras sempat ragu untuk ikut mendampingi Benara, mengingat waktu sudah menunj
a. Meski keraguan begitu besar muncul dalam dadanya, Laras tetap saja mempedul
*
akin kalut tidak karuan. Laras sudah mengirimi pesan singkat pada Reza namun juga belum dapa
an menghampiri Laras. Namun, belum juga sempat mengetahui penyebab Be
ngan Be
ta bening datang mendekat. Laras bertanya-tanya, apa ini ayah Benara? Waja
sih efek yang kemarin. Tidak perlu khaw
homas sempat menetapkan tatapnya pada Laras. Pada saat yang sama, Laras
laki bebal yang Thomas sendiri sudah lelah untuk sekadar menghadapinya.
s, Ben? Ayo pulang ke rumah. Istirahatlah, Ben. Kamu
juk Ben buat pulang, mending Papa pulang aja. Kita udah sepakat buat nggak
i sifat putranya ini. Dia hanya bisa menatap penuh
tu menunda. Thomas segera menoleh dan mendapati Laras, p
ggu, Pak, say
ng Benara begitu menya
ucapan Benara barusan. Keadaan yang hening membuat atmosfer jadi cangg
ak
u kali lagi, Laras dibuat bingung. "Oh iya, kenalin, ini Papa. Maaf kalau ngenalinnya di saat lagi ka
satu perintah. Meski tak paham sepenuhnya, Lar
anya itu yang bisa dika
g Benara yang membuat Laras
mas mendelik
atap Benara dengan mulut