SAMSARA
kunaiki saat jam di pergelangan ta
sekitar dua ratus meteran dari sekolah dalam lambung sebuah angkot ibu kota yang
an tadi saking buru-burunya. Sudahl
esibukan macam apa. Akhir-akhir ini ia selalu menyuruhku berangkat sekolah sendiri. Jadi untuk mengeh
lumayan sepi. Beberapa anak tampak berlarian menuju k
soal itu! Yang jelas, tongkat kayu itu sudah banyak memakan korban selain aku, karena selama ini aku tidak pernah datang terlambat. Dan hari ini, ak
tan lariku saat suara mot
tiba-tiba sebuah suara decitan
it
arna hitam berhenti beg
, menabrak, dan bisa jadi melemparku. Tepat dari sisi kananku yang sekarang berdiri m
ak saja rasanya. Untuk sejenak, aku
asih baik-baik saja dan masih mampu m
nya, seorang cowok dengan jaket kulit dan helm fullface berwarna hitam senada dengan jaketny
elm sialannya itu malah tampak santai di atas motornya? Memangnya dia merasa semua baik-baik sa
etukku pada cowok misterius yang mengendara
tu hany
ihat saja bagaimana keanehan sikapnya yang hanya bergeming setelah apa yang baru saja terjadi. Namun, di sisi lain aku segera merasa sangsi a
napas. "Untung gue ngg
folio berisi tugas milikku yang berceceran di tanah, lepa
nya, aku kembali menatap cowok berjaket hitam. Seperti s
ngomong, ya?" t
i kebutuhan khusus. Tetapi, bisa saja, kan, orang yang tak bisa bicara tetap sekolah di dalamnya karena terlahir sebagai anak orang kaya
ngkin untuk orang-orang yang punya ku
ya lo minta maaf meski nggak turun dari motor lo," kataku belum bisa terima aka
tap diam sep
sikku untuk ke sekian kali. Kecurigaanku bertambah kali ini.
tap tajam ke a
e-nya secara tiba-tiba. Masih mengenakan jaketnya, i
ikit te
ahan jika untuk ukuran pemuda sepertinya, karena ya, bibirku saja yang notabenenya seorang perempuan baru bisa semerah itu jika memakai liptint dan teman-temannya. Rahang cowok itu t
ang kamu piki
ggelengkan kep
erogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah
merah dari dompetnya kemudian meraih tanganku dengan tiba-tiba. Menggenggamkan lembaran-lembara
gang di tempat se
yang baru s
dapatkan kembali kesadaranku kemudian
datar yang entah bagaimana tetap bertahan saat keruta
" desisnya hampi
. Jujur, aku langsung ingin meledak saat ini. Emosiku tersul
Dia pikir semua hal b
ntuk menarik napas dalam d
erlihat seperti cebikan sekarang. "Gue nggak perlu uang lo," lanjutku saat mel
likin uang ini ke elo." Aku menarik tangan cowok i
kaget dan bingung. Namun, secepat itu juga wajah yang tak kupung
k aneh! Ak
a sejumlah uang," lanjutku sembari menatap sedikit tajam, "karena maaf itu, nggak akan pernah bisa dibeli. Nggak peduli sebanyak apa pun uang yang lo
egera berlalu meninggalkan cowok yang menur
semua kata-kataku. Tapi aku sudah tidak ingin peduli lagi. Sudah cukup bagiku menyimpulkan dalam kepala kalau co
malah memuji
ya itu jauh berbeda dengan cowok di kartun-kartun anime yang kusuka karena
ai aku berurusan lagi
sam