Cabe-cabean Kekasih Vice President
Ngorok, dengan bibir terbuka lebar. Meski begitu, tidak mengurangi
takkan kaki Soraya di atas pangkuannya, melepas sepa
0
ga. Alexander t
k menyusuri keindahan sepasang tungkai Soraya. Dimulai dari pergelanga
entang nafsu bergejolak yang siap menuntun kedua tangannya mengoyak
karena diam-diam menikmati kulit kuning yang indah sambil memendam imajinasi. Atasan blink-blink, yang hanya menutup d
Alexander menggeleng prihatin. Selera berpakaian gadis ini buruk. Namun memang merangsang. Ditambah, gadis ini cantik. Berwajah lugu seperti baru pertama kali keluar dari
ari tatapan mesumnya sendiri. Mencoba bersikap gentlem
n dua pemuda di parkiran tadi, dan seorang lagi yang bernama Bra
harus tidur di sofa. Alexander juga heran, kenapa ia mau repot-repot begini? Ia bisa s
rena gadis
.. dan
uh ti
sesuatu yang buruk pada gadis i
ntah
emudian pelan-pelan mengatupkan bibir ranum kemerahan itu. Bibir yang tadi menciuminya dengan serampangan
dian berbalik dan mematikan lampu. S
________
saat merasakan lapar di per
engejan, dem
uuu
le
Aku d
memeluk guling mengangkat
kap tirai tipis yang menutupi jendela besar. Soraya dapat melihat g
t berukuran besar di atas bufet hitam, lampu dinding keemasan, dan ranjang deng
am, k
a tema
h jaga
lu
itam dengan poni membelah dahi, tatap tajam yang melun
i
a lega saat mendapati dirinya masih berpakaian lengkap, dengan
berakhir sendirian di kamar asing ini. Namun yang ia ingat hanyalah wajah tampan yang terse
diri. Berusaha membuat dirinya nyaman dalam situasi yang ser
g sama. Aroma har
t apa yang terjadi setelah perkenalan singkat sem
idak banyak perabotan di kamar ini. Kaki telanjangnya bersentuhan langsung deng
sandaran sofa. Terasa janggal, karena segala sesuatu di tempat ini terlihat begitu tertata rapi. Alih-alih seperti tempat tinggal, tempat ini begitu mirip se
ek Dolce&Gabbana pada bagian dalam mantel. Namun bukan merek branded itu yang membuatnya ter
mask
letakkan mantel i
gan. Soraya berjalan mendekati rak buku dan berdecak kagum, ketika ujung
putih tanpa noda. Bibirnya membentuk segaris senyuman kecil saat
ia. O
foto besar di dinding deng
nget. Om ini apa
oto om itu seorang diri. Tidak ada foto keluarga. Bahkan foto masa kecil juga tidak ada. Sangat berbeda dengan keadaan di rumahnya, di mana banyak ditemukan
Sungguh Soraya menyukai fakta yang ses
malis. Bahkan di sini tidak ada meja makan. Soraya menarik kesimpulan, sepertinya si om memang hidup sendiri dan mungkin jarang makan di rumah. Tunggu. Sepertinya ini lebih tepat disebut
a bar. Kartu nama juga.
saya mabuk. Terima
an kayak gitu. Ada mantel di sofa. Pake aj
motif marble hitam yang terasa dingin. Ia melihat nampan dengan sandwic
annya masih segelan? Soraya membuka cepat bungkusan sandwich di tanga
Terus lanju
ahnya. Namun lagi-lagi, ia tidak berhasil mengingat apapun setelah perk
nder
esident - PT Bank
ja saat membaca kartu nama yan
di si o
G
rnyata diletakkan di atas meja nakas samping tempat tidur. Kemudian dengan tergesa, memindai nomor Alexander ke dalam ponselny
!!! Gue di a