Sultan Dianggap Upik abu
kepada Melinda tadi. Dia pun langsung
i. Nanti kalau mbak Santi nanya saya tinggal bilang kalau mbak Melinda
ju kamarnya. Dia sangat lelah fisik dan batinnya. Melinda ju
ulai kaku. Baru ingin memejamkan mata, dering diponselnya menghentikan keinginannya
ucap Melinda ketika t
am nak. Bagai
baik bu. Ibu dan ba
uga bai
u ada apa menelpon Melin malam-mal
bapak ada di Jakarta, malam ini kami menginap di guess Safira.
bu gak bercandakan?" t
a gak bertemu. Makanya habis dari Jepang kami langsung mau kerumahmu," ujar
ar untuk melepas rindu esok hari. Setelah panggilan berakhir Melinda me
pintu luar kamarnya menggurung
ya!!" teriak mbak
membuka pintu kamarnya, "Ada apa
n piring numpuk, kamu cuci dulu baru
gi mbak? Kan a
Kamu gak dengar kah teriakan bik Ramlah tadi? Bik Ra
? Kok bisa mbak?" Mel
u tidur dulu sebelum mas Riko pulang, nanti tidurku gak
nuju kamar pembantunya. Ia sangat khawatir dengan pembant
nya Melinda berdiri di
mar saja, mungkin besok juga sembuh," ucap bik R
a bik. Kok bisa terpelese
cucian baju disana. Jadikan lantainya licin banget, untung saj
ah, disaat dia sakit masih saja ber
s batu freezer untuk mengompres kaki bik Ramlah. Cara se
yentuh kaki bik Raml
ik aja yang ngompres sen
ik Ramlah. Dia terus mengo
aja. Biar pekerjaan bi
tega melihat bik Ramlah bekerja dengan kaki yang masih sakit. Me
izin pulang kampung dan bik Ramlah sedang sakit. Ja
iak Melinda se
melongos memasukan mobilnya tanpa mengucapkan terimakasih t
nutup kembali pintu gerbang rumah mereka sete
rintah mas Riko lagi mele
aku!" tambahnya lagi la
Riko. Karna penasaran, Melinda pun mendesul-desul tas kerja Rik
*
wajahnya. Melinda juga sudah terlihat mengepel teras rumahnya. Sak
suara ini sudah tak asing lagi, dia pun langsung menoleh kearah pemilik suara itu
bahagia, "Ibu? Kok p
ibu mendesak bapak habis sholat subuh tadi langsung
, "Ibu kok sendiri
at pintu gerbang gak dikunci makanya kami langsung masuk aja
Ramlah habis jatuh dari kamar mandi. Kaki nya
disana, biar ibu yang lanjutin ngepelnya," uc
ambil alih pekerjaan putrinya. Baru saja ibu Marisha
ibunya Melinda kan
orkan tangannya untuk mengajak mbak Santi bersalaman tapi mbak San
n ini. Gak heran sih. Udah terusin aja pekerjaannya,"
berpendidikan aja, jauh berbeda
kedalam yuk, taruh dulu alat pelnya disana,
dan pak Wowo membawa satu buah kardus ditangan masing-masing. L
ar? Sehat pak?
anak dan calon cucu," bala
ak Wowo sontak membuat mereka melihat kearahnya
a mau ngepel. Wong dirumah saja tak pernah me
u bergaya pak. Tadi pas ibu masuk, ibu lihat ankmu sedan
isini Mel?" tanya bapak Kusuma m
ambu