TANTE SISKA
jalin lebih lama dari ingatan Panca, ia
ya do
memaju mundurkan pinggulnya memperagakan adegan film blu
balas Panca. Suaranya tak kalah liri
sa aja. Kita dua, dia satu." Dua jari telunjuk dan tengan
ng. "Gue ogah.
ah di atas keputusan Panca. "Liat aja nanti. Kalau sam
mat Erik dengan senyum mi
bokap nyokap lo besok?"
hu segalak apa Pak Gunawan dan istrinya. Apalagi Erik bawa motor motor yang baru
eleng. "Lo
tinggal bilang aja la
ue juga g
ngundang keruta
rumah Panca," tandas Erik. Mengeluarkan ponsel dari
anca menutup per
u mengetikkan sesuatu. Mengirim pesan pendek ke beberapa orang, sebelum nada dering menderu di pon
allo
ma kamu," protes seseorang di seberang telepon. "Kalau
Ia tahu dengan siapa ia bicara. Pak Musa, seorang anggota dewan yang sudah lama menjad
ak punya pulsa? Kan tinggal bilang aku beliin. Lagian kamu juga sih. Udah bener-benet aku mau p
a masih. Cuma itu .... Emmm." Berputar-putar lagi, otak brilian Tante Si
say
kalau hari ini mau pulang ke
bar Pak Musa di
pegang tapi istri Papih. Gimana dong?" Tante Siska menjauhkan handphone nya seentar hanya
agi di bandara. Baru landing beberapa menit
aja kalau mau ke sini, ke rumah Rin. Jangan banyak-banyak komunikasi dulu, daripada ketahuan iya kan? Ntar k
h ketemu kamu," balas la
s berhenti saat Pak Musa berpamitan. Jem
-laki itu dulu. Biar sugar daddy nya merasa tersanjung dan dinanti-nan
mau darinya, tidak lebi
lanjut jalan y
lau gitu. Awas ya kal
tikku. Dadah
Pap
nya. Masih ada dua urusan lagi, satu urusan adalah Erik dan Panca. Sedan
ya tak berbalas, resah, gusar mulai membayangi langit-langit kamar
arna merah. Mengulang step dari awal, menekan logo teleon di
di kampung. Membuat KTP dan KK palsu juga dibantu kenalan Pak Musa. Ti
menyedihkan yang sekarang harus tinggal sebatang kara bergantung pa
al
s lega. Meraup wajah lelahnya berkali-kali. "Lo
seberang telepon terdengar suara gemeretak tembakau terbakar. "Gue udah liat
neh mak
inta mereka jadi aneh-aneh 'kan
-sungut. "Justru karena mereka warga sini jadi penyama
tersenyum miring. "Lo
ng g
juga akan mendapatkan hempasan asap cerutu yang pekat. "Gue nggak mau tahu. Mereka berdua ur
rdiri. Bayangan wajah Panca dan Erik melintas. Meski baru hari
isa berpikir sehat lagi. Ia harus bantu Ped
mbung