Air Mata Shabila
tak hentinya. Di mana, tempat bagi para umat muslim berlomba-lomba untuk mema
baju serba hitam, dengan kerudung yang menjuntai jatuh
wanita itu, gumamkan dengan mata yang sudah berem
ilasan-kilasan dosa-dosa yang telah dia lakukan selama ini. Juga, a
erharap kepada seorang hamba dan salah dalam niatnya. Hingga ra
panggil liri
pria paruh baya itu menoleh untuk
kat wajah ayahnya yang tidak
ebagai pelajaran hidup. Jangan terlalu larut. Yakinlah, ada alasan baik di balik Allah membiar
untuk Shabila. Dan ... maaf, jika selama ini Shabila sulit
buat putri Ayah bisa sampai di tempat suci sekarang." Usman
engah kesakitannya. Karena ucapan sang ayah yang selalu b
sebagai putri seorang Usman Bariq. Bersyukur dilahirkan di tengah-tengah keluarga ya
timpakan di dalam hidupnya. Yang secara tidak sadar, mengantarkan
oalah dan senantiasa melabuhkan harap kepada Allah. Insyaallah, doamu akan terk
rada di barisan terdepan, Yah. Shabil
angguk. Lantas membawa putrinya untuk mendekat ke arah Ka 'b
mantis. Berkat perlindungan ayahnya, Shabila berhasil sampai di multazam (d
saja, wanita itu melakukan iltizam (
nya menyentuh sisi multazam. Dengan kedua netranya yang meme
yang lebih baik. Hamba percaya, Engkau telah menyediakan kebahagiaan sesuai dengan kebutuhan hamba.
ang Maha meridhoi atas segala sesuatu. Hamba mohon dengan amat sangat, kabulkanlah permo
*
ila kembali ke hotel untuk mengemasi barang-barang yang ak
tinggalan?" tanya Shabila begitu selesai meng
meskipun tertinggal , Nak. Biar bisa k
m mendengarnya. "Aam
ena dini hari nanti, mereka harus segera berangka
Rombongan jamaah umrah yang tentunya ada Shabil
g akan membawanya ke tanah air, setela
nya sakit lagi?" Shabila m
khawatiran putrinya. "Tidak apa-apa
masih ada?" Shabila kembal
r lagi, obatnya bekerja," balas Usman m
Suara pengeras pemberangkatan pesawat yang a
awat. Begitu pun Shabila dan juga ayahnya. Wanita itu lebih mengutamak
Shabila lembut sembari
Kamu juga
uduknya. Dia begitu terkejut dengan seorang pria yang sudah duduk
milier baginya. Rasanya, bukan kali pertama dia melihat pria
itu. Shabila pun mendekat.
berdiri, untuk memberi jalan kepada Shabila dan juga U
bila, sebelum Shabila melangkah masuk ke kursinya. Namun, segera keduan
kamu bertatapan lama dengan yang buka
p sendu tanah suci yang segera dia tinggalkan. Mengabaika
mkan matanya. Ikhlaskan, Shabila
elinganya mendengar suara samar-samar, sesaat sebelu
a putri