Gadis Berbalut Luka
ke dua puluh enam tahun, tepat sebulan yang lalu. Meski bukan barang branded, aku tahu bahwa ada perjuang
lalu memberikan perhatian yang selama ini kuidamkan. Dia sangat dewasa, pengertian, dan humoris. Sos
akan satu sama lain. Meski banyak perbedaan yang kerap menjadi bumerang di hubungan ini, tetapi kami berusaha untuk tetap kuat dan te
ok untuk diriku yang sudah memiliki segalanya. Mereka tak tahu bahwa ada satu hal yang bisa kud
Aku tak pernah merasakan tidur bersama orang tua, seperti yang kerap diceritakan oleh teman sebayaku. Aku tak pern
uh cinta, tak perlu orang yang rupawan untuk membangunkan sel cinta dalam tubuhku, cukup Dia. Cukup dia, si pria jangkung berhidung mancung yang selalu berada di sisiku. Cukup
yang membuatku yakin bahwa tidak semua kaum adam itu sama. Itu adalah kalimat yang ke
kin bahwa dirinya adalah orang yang tepat. Tak terhitung berapa kali ia mendapatkan cacian dan hinaan, membuatku kerap berselisih dengan orang tuaku sendiri yang d
padahal waktu janji yang telah kami sepakati telah berlalu. Seminggu tak bertemu, membuatku sangat merindukannya. Salahkan pekerjaan, yang sepertinya denga
ecelakaan? Bagaimana jika ada masalah yang ia dapatkan selama p
ut kedatangannya yang kusadari sedikit asing. Biasanya, dia akan melemparkan senyuman hangat sambil melambaikan tangan, dan membawakan
Dia tak akan dengan mudah melupakan sesuatu yang tela
mbat?" tanyaku den
tadi," jawabnya tanp
u menatap bola matanya lekat-lekat, alisku bertaut m
pa? Cerita sama aku?" pin
ja!" tegasnya, membuatku sangat syok. Tak ada kebohongan di balik matany
ak tersambar petir di cuaca yang sangat cerah. Dan hatiku seakan layu, bagai bunga y
rinya?" Pupil mataku membu
ungan tanpa sebuah restu," tut
ru sekarang, Arka!"
kita tak akan bisa berlanjut. Aku tidak akan meninggalkan tuhanku, dan kau juga seperti itu, bukan? O
tangan. Mengapa baru sekarang!? Saat aku sudah berharap akan sosoknya, dia malah dengan gampang
rinya?" Air mataku sudah mengalir. Dulu, dirinya tak akan membiarkanku mengeluarkan air mata
sudah tak sanggup mendapat hinaan dari orang tuamu. Aku tidak kaya, Na. Aku h
sa bersatu? Apakah jodoh seseorang dilihat dari kasta dan kekayaannya? Aku ingin berteriak, mengeluarkan semua
ti ini? Semua pria akan meninggalkanku karena ulah orang tuaku. Terkadang aku ingin hidup bebas, hidup biasa saja, tanpa kekangan
h untuk menyerah dengan hubungan ini. Carilah orang yang sepadan dan memiliki kepercayaan yang sama denganmu," sesa
u menatap punggungnya yang semakin mengecil termakan oleh jarak. Air m
a tak akan kulupa. Kenangan bersamanya akan terngiang dan terus
enganku. Aku menikmati hujan yang mengguyur, berharap rintiknya mampu menyamarkan air mataku. Cuaca hari ini seakan mewakili hatiku. Bahagia ka
rtahan sampai cinta yang baru akan menyembuhkan luka yang ia toreh. Aku akan mencari lelak