Wewe Gombel (Nyai Junati)
ir-akhir ini suasana seakan terasa lebih gelap dari biasanya. Sindy yang sedang m
ni lumayan gede. Takut aku." Ser
Kok, rasa-rasa
Ran. Sudah mau
esah-gesah. Melewati pematang sawah yang memb
sar lewati diatas mereka berd
n apa barusan
n, jangan-j
n sembarangan. Kok, kaya
ku tak begit
yak warga berkumpul, di depan rumah Laras. Setahu Sindy Laras baru melahirkan anak
ras kena
hayu l
histeris. Dia menjambak-jamba
Tolong hambamu
" tanya Sindy pada
ras kehilan
k b
i di dapur. Jadi, bayinya gak ada yang jaga. Pas balik Laras
kh yang bener Ceu
a Laras sih dia kelelawa
dengar penjelasan si Eceu. Entah, bagaimana sak
cuman dengernya juga." Ser
, ha
ng akan mandi dan mencuci di sungai bawah. Aliran sungai yang jernih dimanfaatkan menjadi tempat
t kamu itu h
pengen lihat g
ngomong kok semba
kamu bahas
ndy. "Coba lihat, Nyai Junati dari man
perluan
rah lagi?" Sindy menajamkan pandangannya. Benar saja entah ap
hewan m
u pulang ke rumah dulu. Kamu
saja k
h rumahmu. Jadi, gam
i? Mencurigakan sekali. Sindy mengendap mengikuti langkah nenek tua itu. K
dari belakang. Nyai Junati berbelok ke belakang. Isi kepala Sindy dipenuhi rasa curiga. Dia langsung berbelok ke belakang rumah itu. Suasan
disini?" Seseorang
at. Disana Sarah cucunya Nyai Junati, tengah
di lihat Nyai Junati
h lihat, s
rang biasa. Namun kadang juga seperti orang gila. Konon katanya dia jadi begitu setelah orangtuanya meninggal dalam kecelakaan
*
tadi. Dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Entah apa? rasa penasara
in
u kaget aku. Apa c
ngapai berd
gga
dah adzan tuh. Habis it
a ayam. Dar
kasih M
u kebelakang rumah
gal jauh dikota sana, sedangkan Kakak perempuannya hanya terhalang beber
ntuk anaknya. Kebetulan, sore tadi anaknya yang nom
dulu." Ajak Bu I
y man
Sin.. Sindy.. cepetan m
wab Sindy. Sambil iku
nger gak Laras ke
enger, kasih
a, kata warga diculik
u punya bayi, mau magrib pintu sama jendela
u baru denger soal
karang malah muncul lagi. Ka
ak, ser
kamu masih
gidig ngeri. Entah apa yang akan terj
disebut wewe
tan itu dari mana. Bapak cuma d
harus extra jaga Kakakmun. Ibu jadi khawatir, apalagi
kita aja, Bu. Bilang sama s
ti Ibu sa
jangan sampai petang. Ibu jad
u. Masa iya diculik. Tenang
ungkring terus. Punya perawan kok ya keci
g bisa terima apa adanya. Bukan ma
mbal mulu." Bu Ira menoy