Keturunan Rahasia
au salah langkah, semuanya ia perhitungkan dengan matang, bocah tampan di depannya yang tadi baru di ketahuinya
ah itu tak tampak ketakutan sama sekali. Rajendra terhipnotis saat mereka bersitatap hatinya berdesir, dadanya t
ip sekali denganku?'
mendesis lalu berlari dengan kencangnya menuruni bukit Wisata Alam Natural Park, Cakra bahkan tak menghi
tika menciut. Bagaimana jika ia benar benar putranya? Bagaimana ia bisa bertemu dengan Amara yang sudah berjuang sendiri demi putranya? Bagaimana kehidupan mereka jalani selama ini? Apa dalam kecukupan mengingat Keluarga Fa
*
gan apa antara Cakra dan Rajendra, Wajah mereka begitu mirip dan tadi apa yang ia lihat sungguh di luar dugaannya, bagaimana jari telunjuk kecil nan panjang Cakra menunjuk wajah Rajendra dengan beraninya, heranny
ada tuan Rajendra?'' Tanya Bang Nugi
ang Samson!'' Ja
yerah namun Cakra kali ini tak menjawab, mata boc
k ingin Satya melewatkan kejadian ini, karena Satya pernah menyinggung nama Rajendra Antariks
*
yang bernama Cakra itu begitu dendam kepadanya, dan apa katanya tadi? Mau membunuhnya? Memangnya siapa
ebenarnya? Kenapa kamu begitu marah dan
r, apa Cakra Putra kita? Ia tampan sekali, bagaimana kehidupan yang kalian jalani selama ini My Amor?''
*
at medis yang di ajukan oleh Direktur Rumah Sakit serta Divisi Pengadaan Barang dan Jasa yaang pembahasannya sudah mencapai delapan puluh persen. keluar dari Lift seperti biasa Rajendra berjalan di de
jan banyak kali,hai .... Jom Ca
Rajendra pada Nayaka
pa dengan bocah itu,'
g Juga, di kantor Sudirman!'' Suara Bass R
g? Dan kau menyuruh kami? No! '' Tolak Naya
atau ku pecat!"
an lalu membekapnya dengan sapu tangan yang sudah di bubuhi sedikit obat bius. setelah Cakra t
memandang wajah Cakra. Hatinya kembali menghangat. Mereka melewati Lift khusus lalu menuju Parkiran, di dalam Mobil Rajendra dengan lembut memba
ra membuat Nayaka dan Hugo yang sedari tadi memperhatikannya menjadi sangat penasaran, namun
*
lam kamar khusus dalam ruangannya, ia duduk di sisi ranjang, pandangannya lekat t
ip sekali, hanya mata kita saja yang berbeda, tapi matam
a sudah bangun dari tidurnya, Hugo hanya memberikan sedikit dosis obat bius di sapu tangannya, jadi tak butuh waktu lama Cakra untuk bangun. Cakra
ck dan chiken.'' Gumamanya, Cakra kemudian
tertuju pada sebuah foto yang terpasang di dinding atas tempat tidur yang ia tiduri ta
epat ia menolehkan kepalanya mencari pintu keluar, saat menemukannya ia dengan cepat membuka pintu dan