icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ke(m)bali Mengejar Cinta Pelangi

Bab 4 3. Carry in Arms

Jumlah Kata:2080    |    Dirilis Pada: 08/07/2023

i ruangan konseling di sekolah gadis itu. "Kalau tau begini, lebih baik aku nggak datang," lanjut pria itu masih dengan nad

ak bersalah atas keributan yang terjadi di ruangan kel

yang dibela malah nggak nampak batang hidungnya dari

a atau ke Mama sekalian kalau perlu." Harmoni hanya mendengus setelah mendengar ancaman yang baru saja meluncur dari mulut Laskar. N

rmonia. Namum, ucapan gadis itu masih sempa

n di sebelah sang adik. "Jadi, sekarang di mana teman pembawa masalahmu itu? U

pria itu. "Sembarangan aja mulutnya kalau ngomong," dengus g

ni, maka aku bukain pintu untuk Mas." Bukannya tersentuh, ucapan Harmonia malah terdengar sarkatis di telinga

uangan yang didominasi oleh warna putih itu. Namun, ternyata dugaan salah bes

a menyadari bahwa kedua tungkainya sudah menginjak ubin ruangan UKS sehingga ia pun meneruskan lang

Pria itu bahkan tidak menemukan adanya perawat atau dokter jaga di sana, sementara tirai s

S yang tidak tertutup. Kedua netra pria itu langsung menangkap sosok seora

endengar suara dehaman yang terasa sangat dekat dengan indra pendengarannya. Kedua netra ga

hatnya saat ini. Di luar daripada itu, sepertinya ia gugup atau bahkan takut

Gadis itu tidak siap untuk dicemooh dan dihina lagi seperti yang dilakukan Delilah dan teman-temannya saat di kelas

ing telentang di hadapannya saat ini. Luka di tangan dan kakinya yang tampak masih basah, luka di salah satu pipinya yang terb

r bertanya-tanya. Namun, pria itu memilih untuk tidak menyua

nnya. Bukannya menjawab pertanyaan Laskar, Pelangi malah memu

bih parah lagi keduanya?" Laskar yang merasa diabaikan pun mulai tersul

bali mendengar hinaan yang sempat dilontarkan oleh Delilah dan te

is itu merasakan nyeri yang teramat di dada, seperti ada tangan tak kasat mata yang meremas di sana dan membuatnya ingin mengeluarkan ringi

a sedang dalam keadaan normal. Pria itu pasti hanya kasihan melihatnya y

angan UKS. Gadis itu tidak berniat untuk mendengar lebih banyak lagi kata-kata

ra tidak langsung, batin Pe

-gesa. Aksi gadis itu hampir membuat tubuhnya meluruh ke ubin ruang UKS jikalau

di, kedua indra penglihatan Pelangi pun terasa sepert

ati pun kini berjalan memutari bran

patu pantofel Laskar yang tampak mengkilap dan sedang menginjak ubin di depannya. Kalau cuma

dengan nada heran ketika menemukan Laska

titah Laskar de

waktu di dalam perut, batin Pelangi bermonolog pada diri sendiri. Jadi,

pada pria itu. Namun, entah kenapa Laskar selalu sangat sensitif pada Pelangi sampai-sampa

dari mulut Laskar karena nyeri pada luka-lukanya yang tiba-tiba datang menyerang. Gadis itu m

ang tertunduk. Hanya itu yang mampu gadis itu kelu

u," celetuk Harmonia tiba-tiba. Entah sejak kapan gadis itu masuk ke ruang UKS, tetapi kini ia sudah bersandar pada salah satu dinding di ruan

gu keleletan Pelangi. "Lelet kayak siput," lanjut pria itu menambahkan tanpa berniat untuk menyembunyikan nada

terus melangkahkan tungkainya menuju area parkiran mobil sehingga mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu Lalang di area sekolah. S

i nggak ringan?!" desis Laskar sebelum meletakkan

ya, Laskar sudah lebih dulu melanjutkan ucapannya. "Rebahan!"

ruti ucapan Laskar. Gadis itu malah

at gadis itu berbaring di kursi penumpang bagian belakang mobilnya. Setelahnya, Laskar langsung me

sibuk mengemudi, Harmonia sibuk dengan ponselnya, sementara Pelangi hanya bergemi

ak tahan untuk mengganti posisi berbaringnya menjadi duduk. Gadis itu tentu saj

ria itu memilih untuk bungkam. Ia sudah terlalu malas untuk

u beberapa kali melirik ke arah Pelangi melalui kaca spio

siap aja orang tua Papa atau Mama yang akan datang ke sekolah," ujar Laskar yang tiba

minum mereka," desis Harmonia sembari menahan emosi ketika mengingat kotak makan Pelangi yang masih terbuka di atas meja mereka tadi. Untungnya tidak ada yang berani

lah. Tolong Mas bilang sama aku, salahnya di bagian mana kalau aku siram

mengerat. Harmonia bahkan sampai bisa melihat urat-urat tangan abangnya ya

Harmonia merasa senang. Tanpa terasa, seny

ata Pelangi yang mulai bersuara. Gadis itu tidak ingin Harmonia terlalu memb

meninggi tanpa bisa dikontrol. Pelangi yang mendengar itu sontak

dengar di seluruh penjuru mobil karena kendaraan yang

kar yang awalnya ingin melayangkan protes pun mengurungkan niat ketika melihat sang adik yang kini sud

Harmonia ketika mobil Laskar suda

" jawab Pelangi yang sudah bersiap untuk

unggung Pelangi sehingga kini gadis itu duduk di kursi

berusaha untuk beranjak dari posisinya. Namun, gerakan gadis itu tertahan karena Ha

-banyak. Sana, duduk yang ant

tepukan pada puncak kepala sang sahabat sembari berpesan, "Jangan bandel sama Mas

tidak akan memberontak lagi lalu masuk ke dalam rumah. Meninggalkan sang sahabat bersama dengan kakak laki-lakinya yang sensitif seperti alat tes keha

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka