Harga Diri yang Tergadai
dekat. Jelas saja hal itu membuat Jingga bingung, b
s dia lakukan adalah tinggal serumah dan tidur dalam kamar ya
eringis nyeri. Senekat itu dirinya d
baktinya. Bakti sebagai anak, yang belum
ia telah sampai di depan pintu ma
lek
Tampak dimatanya Mona dan sang B
terbit di sudu
semakin membaik dan pulih. Wajahnya tak lagi pucat seperti kemarin
ya Jingga sesaat setelah s
i cepat pulih. Kamu sendiri bagaimana, kamu sudah makan? Wajahmu tampak
karena Jingga belum mandi, makanya wajah ini terlihat lelah." sanggah Jingga
an Ibu hhmm?" ta
mua berkat kemurahan hati bosmu, Nak. Nanti bila ada kesempatan, Ibu ingin sekali bertemu dengannya, untuk mengucapka
ada Ibu," ucap Jingga akhirnya. Hal
ak? Katakan
pangkuan Arumi, tak ingin ber
isana dan tidak bisa selalu menjenguk ibu, tapi Jingga janji akan meluangkan waktu. Ibu baik-baiklah dirumah bersama Mona ya
ayar untuk semua kebaikan yang diberikan oleh pria itu. Tapi tak apa,
a bersama Mona, adikmu." Arumi mengusap lembut ramb
alanya, menatap wajah
a belum bisa mengatakan yang sebenarnya saat ini. Maafkan Jingga. Jingga janj
g kalau kamu bisa pulang setiap akhir pekan?" tanya
u-buru Jingga menghapus
a jauh dari Ibu, sesaat saja
gan benar, Bos mu sudah begitu baik. Sudah seh
tau apa yang harus Jingga lakukan," kembal
ibuk dengan gawai yang tidak kala
tukan oleh Bimas
rukuran cukup besar, bahkan bila dibandingkan den
arna putih tulang, seikat mawar putih, juga sebuah
g terpancar dari raut wajahnya, meski
i depan cermin berukuran besar it
dicintai. Ditemani Ibu dan Adik sebagai
Bahkan saat ini, tak ada satupun
dalam dada. Dia harus ikhlas, karena memang jalan ini yang tel
Tok.
uara ketuka
sekedar melihat
ai. Mari Nona, saya akan menga
ikl
yang menjemputnya tadi, membawanya ke se
pernikahan itu. Sebuah dekorasi pernik
unggu seorang pria berumur yang Dia yakini adalah seora
. Dimana cal
. Sempat terbayang olehnya bahwa hari ini dia akan m
sekat pembatas, meskipun agak menerawang, n
ng, bahkan untuk merangkai pern
sudut bibirnya, sebuah senyum s
nikahinya, tak ingi
siapan, janji suci pernikahan pun m
etap saja air matanya mengalir, mendengar pria itu menguca