Harga Diri yang Tergadai
berbeda. Tiap langkah yang dilalui Jingga, terasa begitu berat dan panjang. Mungkin
as tiga, Jingga tertegun, kenapa ruangan itu ta
a, setelah mendapat apa yang dia cari,
bu baik-baik saja, kan?" Jingga mencecar dengan banya
sejak tadi. Ibu sedang di ruang operasi kak, kata Dokter, ibu tak bisa men
lan, gegas menyusul san
pikiranya tak bisa fokus sejak tadi. Hany
hh.
ww
p bahunya yang
nabrak sesosok tubuh tegap yan
lapak tangan dan berlalu seketika, dia tak begitu peduli apakah lelaki i
di tengah jalan itupun menyunggingkan senyum tipis,
eperti saat itu,
imana kead
ona, yang tampak berdiri mem
jak tadi Dokter masih berada di dalam sana dan satupun belum ada yan
g dicintai, membuat gadis kecil itu lemas. Jangankan untuk
tu hal yang mengganjal di benak Jingga. Kenapa tiba-tiba ibu bisa masuk k
seorang pria tampan, asisten Bos kakak datang kemari dan membiayai sel
man tempo hari pada HRD, tapi ditolak mentah
enatap kakaknya yang t
hanya sedikit le
Jingga maupun Mona gegas menoleh saat pintu ruang operasi itu ter
na keadaan or
a Arumi tidak bisa tertolong. Untuk saat ini, nyonya Arumi telah dipindahkan ke ruang VIP, Nona bisa mengunjunginya di
tu Bos Kakak?" Mona seakan tak percaya bah
ikirkan, ayo
ergi ke ruang yang tadi di
ang telah mendanai biaya rumah sakit dan operasi itu? Otaknya seolah be
siapa orang yang telah menja
rumah sakit, sejak tadi hingga kini dia
inya yang stabil, Jin
berapa uang yang harus dikeluarkan untuk biaya permalam dan perawatanya, plus
Jingga yang mempunyai kapasitas kecil itu terasa be
i sekali Mona telah pergi ke sekolahnya, menyel
dalam hati, berharap sang Ibu
berbalut selang infus, menerbitkan senyum sumringah di sud
u sudah
udut mata, pertanda haru d
" ucap s
ergerak dulu ya, biar Jingga panggilk
eraya tersenyum, lalu memencet b
memeriksa keadaan dan denyut jantung pasien, Dokter mengatakan bahwa kondisi Nyonya Aru
ukur dan tak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada t