Pembantu Cantiknya Tuan Muda
NU
Menciptakan suara gemericik di genangan air dan di atas genteng. Ranting pohon bergoyang-goyang mengikuti arah angin, dedaunan
i kamar majikanku. Aku berbalik, memasuki kamar itu lagi. Kutelusuri lantai kamar dan
melihat kilauan emas di kaki ranjang. Aku segera mengambilnya. "Masih r
AAA
sangat keras oleh Den Alfian. Tubuhku langsung berdiri tegap. Aku takut dan merinding melihat tatapannya ya
E
gunci pintu kamarnya. Dia berjalan mendekatiku. Memdinding untuk menjauhinya. Aku berlari secepat mungkin, tapi sebelum berhasil meraih pintu, langkahku tertahan. Dia menc
juga. Air mataku tumpah, aku menangis tersedu-sedu dan memberontak memukuli dadanya, berusaha melepaskan diri. Dia tak peduli dengan tangisanku. Mata hatinya
oleh laki-laki biadab ini. Masa depanku hancur. Aku hanya bisa menangis meratapi nasibku, di bawa
*
mpalan hujan dengan volume besar. Aku mengerjapkan mata, perlahan mataku mulai terbuka. Mataku memindai setiap sudut kamar. Saat ini aku sudah berada di dalam kamarku dengan pakaian
aha duduk dari tidurku walaupun kesulitan, badanku terasa remuk. Aku memegang bagian intiku, terasa sakit. Tenyata semua itu bukan mimpi, itu nyata terjadi. Air mataku kembali tumpah dengan deras.
perih. Kebahagiaanku bagai di cincang dengan belati, hati dan kehormatanku hancur tak tersisa. Kejadi
kahin dia!" suara Pak Lukman terdengar lantang terdengar sampai ke kama
jika aku menikah dengan pembantu di rumah ini. Mau di taruh mana mukaku nanti." suara Alfian terdengar santai. Namun, terasa sangat menyakitkan di hat
yang tak tahu diri. Harusnya kamu pikirkan dulu konsekuensi yang kamu lakukan sebelum memperk*sa
eolah-olah hal yang menimpaku adalah hal yang biasa baginya.Mendengar perkataan Alfian, hatiku kian teriris baga
i Ibu Ayu yang berbicara keras lantaran tak
r 'kan yang
mu jangan k
la. Kalau mau, kenapa tidak
AA
sangat keras mend
tanggung jawab dan nikahi Mbak Nur." Sarah
anga mendengar penghinaan Alfian. Aku segera turun dari tempat tidur, mengambil ta
h menarik tanganku. Namun, tanga
Kak Alfian pasti akan tanggung jawab." Sarah beru
enangis sejadi-jadinya. Hatiku terlalu sakit, dadaku terasa sesak melebihi apapun. Ya T
ga ia menjauh. Kakaknya sudah tega menghancurkan hidupku, bujuk rayunya
pintu samping, karena aku tak siap untuk bertemu Alfian yang sedang berdebat dengan keluarganya. Sarah men
i hidup bersama bajin