Catch Me, Mr. Police
wanita dewasa yang perkasa. Parasnya cantik meskipun dia tidak pernah berdandan. Kelakuannya tidaklah sama sepe
yang perempuan di rumah itu. Adapun sekolah dan kuliahnya, Feby sama sekali tidak punya teman. Dia selalu diam dan menyendiri.
Namun sebenarnya adalah darah dagingnya sendiri dari wanita yang dia tiduri namun tidak d
Raking, tidaklah membuat Tuan Raking sayang padanya. Rasa sayangnya justru tertuju pada
k sekali pun dia melakukan tugasnya dengan baik, malah membuat onar. Feby bahkan tidak pernah senang dengan Vi
ky datang dengan sombongnya. Feby yang lagi menikmati lagu
pas headphone-nya. "Woy! Dengar ga, ap
i merebut headphone-nya, "yaaahhh paling mau pamer, dik
ru-buru merebutnya. "Ya, benar, tapi kali ini, aku pasti akan berhasil me
rugi banget rebutan kepercayaan, ga ada pengaruhnya juga buat aku, mau kamu jadi kepercayaan Papa Raking atau
isa ga, peduli sama orang sediki-it saja haah? dengar ya, aku bilang ini, itu kar
ku dah bilang, terserah, aku ga akan mengha
ky menatapnya tajam dan kesal. Kebetulan tatapan mereka
a kamu lancar dan bisa merebut kepercayaan Papa!" Feby pun memejamkan mata sambil me
g yang peduli dengannya. Bahkan dengan orang yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri tidak
ecet. Dengan cepat Vicky membantunya dan mengobati lukanya. Akan
, Vicky-lah yang membelanya. Namun lagi-lagi Feby pergi tanpa basa-basi. Kesemua kenangan itu
emua orang kalau aku bisa menjadi ora
lu kembali mela
s headphone lalu mematikan music di ponselnya. Air matanya berlinang, ada rasa haru yang memenuhi rel
k Papa Raking, orang yang paling aku benci dalam hidupku, tapi aku tidak tahu apa y
gis tersedu. Rasa sakit hatinya belum bisa terobati hingga saat ini
mengahapus air mata dan memperbaiki posisi duduknya. Ke
nyata Ayahnya."Sayan
ee
ringan mengikuti irama musik yang sama sekali tidak dinya
ersenyum. "Ayah sedang tidak ada pekerjaan, mau ja
onenya. Mulutnya dimanyukan. "Malas, jalan sama Ay
ang jadi alasan kamu, kenapa sih kalau Ayah ajak
a, "Ayah!"Panggilnya sambil menatap Ayahnya s
eman kuliahku yang melihat kita. Terus mereka langsung bergosip men
askan sama mereka kala
il bersandar dengan cuek."Haah ... malas berurusan dengan mereka, lagi pula aku ti
ya. "Ya sudah kalau begitu ayo kita ja
p layar ponselnya. "Aku tidak peduli dengan omongan mereka, tapi
ng begitu, Ayah hanya ingin menghabiskan waktu bersama kamu, tapi kalau tidak mau, y
gan kematian Ibu sam
kuan putrinya. Perlahan duduk kembali di samping anaknya. Sedan
ah sebentar?"Pinta Pa
udi lalu menggenggam tangannya. Feby lantas mengh
kehilangan kamu, dan Ayah ..." Sejenak Pak Rudi berhenti untuk mengatur napasnya yang sesak oleh rasa haru dan perih. Dia menarik
ak senang, "kenapa tidak Ayah, bisa kok,
salah-salah nyawa kita taruhannya, kalau hanya Ayah yang mati tidak ap
ertahankan. Perlahan dia mengelus kepala Feby dengan penuh kasih, lalu perlahan
"Tanya Feby seraya mena
rbalik menatap ana