Dipaksa Menikahi CEO Kejam
ya sang nenek yang dike
a itu, sebaiknya Nenek pergi saja," ucap A
ir Nenek?" Mata Rania berkaca-
embahasan tentang wanita itu." Arjun menatap ke
a pun juga, Airin adalah wanita yang mela
pintu pun terbuka lagi. "Silakan k
ak ada harapan lagi. Temu
nek tidak di rumah, jadi dia mati dalam keadaan p
orang yang sangat santun dan penyabar, tapi kenapa dar
sebentar lagi." Arjun
tmu ini sama saja seperti ibumu. Tak berhati dan sangat kejam. Kau membencinya, namun kau menuruni sifatnya. Dan satu lagi, kau ti
ar ponselnya ke dinding hingga layarnya pe
ingin dilahirkan olehnya!! Ha!!!"
nya saat-saat pahit yang ia alami selama bertahun-tahun. Penyiksaan tak berhati yang dilakukan oleh wanita
aku disiksa bertahun-tahun, saat kau bekerja di luar negeri! Dan kenapa kau cepat sekali meninggalkan
?!! Kenapa?!" Teriakannya te
dinya. Semua terlihat kembali normal. Tidak ada air mata, tidak ada teriakan pilu. Yang
pada orang yang bernama Edi. Seorang p
n Arjun. Namun lekas ia menjawab
mati dan meninggalkan hutang." Arjun tersenyKau berani datang kemari satu hari se
n! Saya mohon, saya berada diambang kebangkrutan. Berilah saya belas kasi
! Menjijikkan! Memangnya apa yang ingin kau tawarkan?" Arjun berdir
dis yang cantik, Tu
, kau kira aku pria yang suka bermain dengan wanita? Bagai
dia jika Tuan ingin."
u dia mati, apa
takdir, mau baga
ayah ka
a adalah anak
orang setiap hari. Sepertinya putrimu akan menjadi
gankan hutang saya,
bahkan rela menjual putrinya untuk disi
dadak tidak tertarik. Malah sekarang aku tertarik un
rjun. "Ampun Tuan, jangan lakuk
sampingnya hanya diam menyaksikan hal itu. Bahkan kini, ia melih
tidak melunasi hutang-hutangnya bes
di kembali bersimpuh di kaki Arjun. Membua
pan pintu untuk membawa Edi keluar dengan paksa. Tampak
nya. Ia segera memerintahkan Jim
*
sa bahwa tubuhnya sudah enakan. Ia pun segera membersihka
ra langkah kaki seseorang mendekat. Fallen la
okter Fani, ia kembali menghembuskan nafas lega.
ona mengikuti saran yang diberik
aku akan mengikutinya."
ka saya akan pulang. Jangan lupa agar o
sih, Dokter." F
kan dirinya ke atas ranjang. Ia tadinya berpikir bahwa
ri menghela nafas panjang. "Setidaknya aku
i depan pintu sambil memperhatik
rkejut dan terburu-buru, ia tidak menyadari bahwa posisinya mentok di pinggir ranjang
us berusaha berdiri dengan wajah yang meringis menahan sakit. Memangnya