I Choose The Villain Crown Prince
u harus dihukum?" Athea
ksa. Awalnya, Athea kecil hendak memberontak. Namun, rasa penasaran membuatny
membuatny
asa dengan pakaian serba hitam khas duka cita atas kematian. Di sebelah si wanita, terdapat seorang anak laki-laki yang tampak beb
l Athea dewasa sebagai ayah. Pria yang meninggalkan Athea ketika wanita itu diseret pak
asih samar, tapi bisa jadi hubungan ayah anak di antara mereka memang sedikit me
erkejut. Atensi seluruh orang yang ada di ruangan itu tertu
wajah terkejutnya. Rahang kokoh dan alis tebal mencuram, wajah dingin nan somb
Aaron Dominic seolah tak percaya d
ia tak mau hidup tanpa beraksi. Jadi, gadis kecil itu langsung melepaskan
erlihat ketika jarak semakin menipis karena tubuhnya yang menjulang. Athea kecil berlari lalu memeluk ke
adu pada Duke Aaron. Gadis mungil itu lantas menenggelamkan wajahnya ke dala
n yang ia dapatkan. Justru si anak lak
rena kau nakal!" sahut si anak laki-laki yang ta
kannya dan menatap kesal pada si anak laki-laki. Jelas sekali bahwa a
tanya Athea mas
ah. "Bagaimana bisa kau melupakan kesalahanmu se
Duke. Pria itu menunduk, lalu berkata dengan t
ri" di samping hubungan kekeluargaan mereka. Athea tersenyum menang, menyempatkan diri untuk menjulurka
iri Athea juga tampak sangat kesal pada A
Namun, ia tak mendapati wanita yang telah melahirkannya. Ia pun kebingungan, karena yang ia ketahui, ibu Athea masih hidup. Paling t
ana ia
rumah seorang pejabat yang ia bunuh. Namun, ia malah salah masuk kamar sehingga membuatnya harus bersembunyi di kamar anaknya. Di mana anaknya i
up. Mau jadi orang susah, sampai tokoh fiksi pun tak masalah. Apalagi, jika dia menjadi Athea,
di mana
Dominic melepaskan tautan tangan Athea. Pria itu berjalan
sudah tidak punya ibu!" ejek si bocah ingusa
Ibuku masih hi
e
lalak, lalu menatap se
iaku? Bera
rgumam membicarakannya. Sang ibu tiri memili
ila itu sendirian!" teriak Alea yang
, dingin dan acuh. "Kau pikir
entah mengapa ia merasa bahwa ada sebuah ikatan yang sangat kuat dalam dirinya seolah terputus dan
kecil mulai menjambak rambutnya sendiri. Ia
bir Alea seraya menggandeng kakak
da
umnya, Archel tidak pernah menangis sama sekali. Bahkan, di hari kematian seluruh anggota keluarganya hingga ia harus berakhir di camp pembunuh,
bisa ses
Alih-alih menenangkan, me
i kamar. Jika Anda terus seperti ini,
itu cara berbicara
buh Athea ini seolah tidak sepenuhnya dikuasai Archel. Archel tak ingi
g memegang tangan dan kaki Athea. Jelas, Athea berusaha mengelak dan melepaskan diri, t
satu tetes air m
il yang bahkan baru berusia tuju
ngat
ngat waj