Kembalinya Penyihir Serigala
yak orang yang menyaksikan perbuatanmu. Kau yang memb
adaku! Aku tak mungki
elalu membenci Maria dan berencana untuk menghabis
memegangnya menyeretnya ke lapangan terbuka. Di tengah lapangan terdapat panggung kecil yan
at dan manusiawi. Seseorang yang mendapatkannya akan tengkurap dan lehernya berada di antara dua b
saja. Meskipun begitu, semua orang akan menonton pertunjuk
saha melepaskan diri. Namun, tetap tidak bisa. Dia begitu lema
a membaca mantra dan mengeluarkan tenaga dalam. Hingga akhirnya
Marius!" Ivy mengamuk, masih m
a, Ivy. Aku sudah menyegel kekuatanmu, jadi k
tatapan memuja seperti dulu. Sekarang, ha
n hukuman yang setimp
! Bukan aku yang membunuhnya!" Ivy
ia malah mendekati Iv
idak percaya jika kau bisa melaku
kannya, Marius, percayalah." Ivy memoh
ndiri di depan mataku, katakan, Ivy, katakan bagaimana car
it," ri
begitu, aku akan mempertimbangkan hukumanmu
tidak ingin mengakui kesal
ui apa pun yang bukan
nmu saat itu - mungkin semua ini tidak akan terjadi." Ma
tidak akan pernah
nyeramkan. Lebih menyerupai seorang pembunuh. Bah
rius, sambil menambah cengk
anya semakin terasa sakit. Bahkan den
besar datang menghampiri tempat itu. Semua orang yang tadinya menonton, kini
dekatmu sampai kapan p
bali. Namun, para prajurit dengan kuat memegang tubuhnya. Sedangkan Marius berbalik arah dan kembali ke tempat
a sendu dan berharap jika Marius bisa menghentikan huku
tah Marius dingin d
ang algojo yang melepaskan tali. Tali itu terhubung dengan pisau tajam. Kepala Ivy
arena pemancungan tersebut, melainkan kepala Ivy yang terus men
terbuka dan wajahnya mengeluarkan senyuman menakutkan. Kepalanya melayang-layang. Di
membunuhku, hahahaha..."
engan kepala yang memutari tempat tersebut. Siapa saja yang b
adamu!" ancam Ivy sebelum tubuh d
g takut jika omongan wanita penyihir tersebut benar, ada j
in. Entah kemana dirinya dibawa. Hingga ia sadar jika sekarang berada di gendongan seseorang. Seo
a?" tanya
rsenyum lalu kembali melihat ke arah depan.
asakan aroma akar dan pohon yang mereka lewati. Lambat laun, matanya semakin b
hui namanya itu sedang mengelus kepalanya. Pria itu menga
mu jika waktunya telah tiba. S
ahu lagi apa yang terjadi. Semuanya ia serahkan pada semesta. K
itu dan mengucapkan terima kasih ka
ekarang dia hanya ingin pergi jauh-jauh dari kawasan ini. Tempat yang telah menorehkan luka dalam hatinya. Se