TERJERAT OBSESI PEWARIS TUNGGAL
dah cukup bersyukur karena seseorang menyelamatkannya dari godaan pria hidung belang tadi. Me
Naya pulang,
-hati. Jangan j
ia bisa memesan taksi untuk pulang ke rumah. Anaya menghirup udara malam dengan hikmat, kemudian menghembusnya
IN
lan turun dari mobil lalu menghampiri
i pria hidung belang, tapi bukan itu poin pentingnya. Melainkan mobil Rolls Royce yang Nolan
mau nabrak saya?"
u jadi berhenti panggil s
dukan kepala. "Lalu sa
a Nolan, nama kamu siapa?" tanyan
"Anaya," jawabnya pelan. "Nolan, maaf kalau saya ada
tis, make up-nya masih terpasang tipis di wajah, tetapi pakaian seksinya saat di kafe tadi sudah di
a lecet,"
a melebar
ara-gar
uat Nolan menahan tawa mati-matian.
Mobil sa
tekuk ke bawah, matanya berkaca-kaca, se
m ada uan
n rajin datang ke sini biar kamu gak lupa kal
at. "Kira-kira saya
olan cepat, sontak membuat
itu. Aku punya tabungan, tapi itu untuk pers
psi dan wisuda kamu bi
. Aku harus lulus biar cepat-c
erempuan itu hendak menghindar, tetapi Nolan dengan cepat me
ah. "Pasti aku ganti
menarik untuk kamu ..." No
nggu perkataan N
a hutang kamu saya angg
kemudian menundukan kepala karena mendad
Saya tunggu uang lima puluh
"Bisa beri aku wa
lik ayah saya, bukan milik saya," bohongnya. "Papa saya galak, pu
ggu. Beri aku waktu sat
saya mau
n bergeming. Lelaki itu kembali mend
yang ketiga kamu sudah harus jadi
baik bayar utang daripada jadi keka
i udah k
mau, Nolan," to
segera masuk ke dalam mobil, meningga
berlari mengejar mobil Nolan, sementara sang pemilik mobil t
milik orang lain. Lebih bai
*
an sangat mandiri. Dia tinggal berdua dengan Rima-ibunya yang sudah tua dan sakit-sakita
s-tugas akhir, kemudian setelah mengerjakan tugas kampus Anaya ak
negur Rima, wanita itu tamp
h Anaya duduk untuk menikmati teh buatannya. "Ibu ke
," balas Anaya, kemudian duduk di sebelah Rima lalu
ah dipijat.
ku senang hari ini ada pelanggan yang baik
nya, beberapa orang di sekitar lingkungan tersebut banyak yang berasumsi bah
ti Anaya bekerja di kafe, orang itu mengatakan bahwa Anaya hanya bekerja seba
bangmu yang tinggal di M
nta uan
lagi banyak keperluan karena sebentar
wa gak akan mau menafkahi Ibu lagi. Istri-istri mereka aja pelitnya setenga
ngan bilang b
rinya Bang Dewa bilang kalau dia gak izinkan Bang Dewa kasih uang untuk bantu kuliahku. Aku gak masalah, aku bi
nah ada niat jenguk Ibu sama sekali. A
g sejak tadi ia tindih di balik badan. "Besok Ibu harus cuci darah lagi s
ahnya berubah datar, kemudian menatap Rima
Ibu gak mau me
penting." Anaya menahan air matanya, ini sudah ketig
ng. Sudah tiga kali Rima cuci darah, dan butuh biaya yang cukup banyak. Sejena
*