Pria Kedua (Ayah Untuk Anakku)
hilangan nyawa saat itu juga. Dia baru saja merasa senang karena lepas dari penyakit kanke
bersemayam dalam benak Risa y
kir agar tidak tertabrak olehnya. Risa tahu jika ada masanya dunia berputar, seperti orang-orang mendapa
a, tetapi hari ini sahabatnya bilang bahwa ada janin di dalam perutnya
sementara pandangan matanya jatuh pada garis putih di depan. Ga
isa bertanya pada siapa pun. "Bagaimana caranya
u pria di dalam negara besar ini bagai mencari sebutir emas di antara jutaan pasir. Agak
mbuka laptop dan mencari-cari nama Jaya di berbagai media sosial, teta
ggunakan hal-h
bulu, menatap lampu di plafon berwarna abu-abu. Sekarang pikirann
dengan suaranya yang pelan sebelum akhirnya seseo
rampok. Namun, Margareth yang memang sudah tahu sandi rumah Risa. Ben
tidak ada pasien?" tanya Risa sambil menatap
g tubuh Risa dengan kakinya. "Sekarang kamu sudah tidak punya waktu untuk meratapi nasib! Bekerja
uk. "Aku sudah mencarinya di facebook atau instagram, tapi tidak menemukan apa pun." Dia mena
dia pria baik-baik?" Margareth sedikit menekan. Sejujurnya dia mencemaskan na
th agak sedikit mengganggu, dia tetap tidak akan berprasangka buruk. "S
alau begitu kamu harusnya tahu jika wajahm
u cemas! Aku benar-benar ya
wanita itu mengamuk. "Sekarang lebih baik kamu pulang ke Ind
beranjak dan duduk di sebelah Margareth. "Aku sud
s bayimu sendiri." Margareth mengangkat bahu, bersikap tidak
mu dengan Paman dan Bibi yang serakah itu,"
" Margareth mengembus
tanya Risa. Dia sudah putus asa d
erempuan berdarah campuran itu mengatakannya dengan tegas. "Kamu tidak akan bisa bertaha
ni?" tanya Risa yang sontak mendapat pelototan lebar d
mu, tapi ... mereka sedang banyak utang sekarang." Margareth menghela napas, kemudian mera
k tidak adil karena memutar roda kehidupan mereka secara bersamaan dengan kecepatan yang sama pula.
rgareth membuatnya menarik diri untuk melihat hal penting apa yang dat
bih muda dari yan
h pemberitahuan yang bersifat umum dan siapa pun bisa melihatnya, termasuk para pen
masuk. Ibu jarinya menggeser layar ke atas untuk mengetahui informasi lebih lanjut dan begitu mat
n menunjukkan foto pria berusia pertengahan tiga puluh itu kepada Risa. "Liha
eth. Namun, detik itu juga kedua matanya melotot lebar dan merebut ponsel terseb
an memperbesar nama si pria yang tertera di bawah foto. "D
ggeleng tanpa melepas pandangan dari na
dang putus asa, tapi jangan berbicara sembarangan seperti ini," katanya dengan nada pelan, sementara Ris
menatap Margareth, a
linya Danu Atmawijaya?" Margareth mencoba menyadarkan
berbinar-binar. Setidaknya untuk sekarang ini pikirannya tetap waras, tidak ada yang na
k bisa berkata