Pernikahan Di Atas Dendam
ndphone milik Edward berdering, panggilan dari Barra mengudara maka dirinya segera berpa
ia berusia dua puluh tujuh tahun ini kembali ke sisi ayahnya dan para kolega bisnis sang ayah hingga waktunya habis di tempat ini. Sa
asalahnya di kapal ini. "Pria menyebalkan itu sama brengseknya dengan si brengsek itu!" Jadi
bilang akan membeli sebagian lahan. Hm ..., kenapa kakek jual sebagian lahan perkebunan, apa kakek bangkrut?" Ini adalah pulau yang kaya akan penghijauan,
leh sang kakek termasuk masalah keuangan, seorang utusan yang tinggal tidak jauh dari sini sudah menjadi pelantara seb
tung, pun neneknya tidak dapat mendengar kabar mengerikan seperti ini karena mungkin akan menimbulkan hal buruk berkepanjangan, sedangkan sang ibu adalah seorang
a, "Besok kamu harus melakukannya sebaik mungkin. Jangan s
ang melakukannya. K
itu milik kamu, kamu yang
ak betah tinggal
pribumi saja sudah cukup." Tatapan Barra mulai menginterogr
begit
lu, dirinya tidak dapat tinggal lama di kota ini. Sore ini si pria hebat harus men
is bernama Alesya, tetapi Edward tidak memiliki wakt
terperanjat saat bertatap muka dengan Edward yang a
erti Alesya, tetapi mana mungkin, dirinya harus menjaga image sebagai seorang pria berwibawa a
nan!" omelan Alesya alih-alih menyambut si pemb
tidak menyukai
an hingga Edward tertawa singkat, kemudian memerintahkan salah satu bawahannya untuk menunj
akan membeli sebagi
." Senyuman teduh da
lebar daun pisang. Apa tidak ada manusi
k, hm?" Lembut Edward saat bers
. "Lupakan, percuma aku jelaskan,
jual beli segera berlangsung di atas materai serta tanda tangan kedua belah pihak. "Untuk pembayaran sudah ditransf
tahukan jika pembelinya sudah melakukan pembayaran pukul tujuh pagi, jad
aksikan sikap datar Alesya. "Apa
napa dan kalau
Alesya ingin menolak, tapi perutnya berbunyi maka tidak ada alasan untu
s Edward yang tidak merasa formal sama sekali saat men
al tidak jauh d
Lagipula perkebunan kita bersebelahan."
ambutku akan lepek. Biarkan saja para pekerja yang melakukannya!" pengakuan po
ng perkebunan!" celetuk Edward kare
rti itu. Huft!" kesal Alesya yang tidak benar-benar merasa sanggup menggeluti bidang pekerjaan pertaman
ada kemampuan Alesya. Tidak sampai tiga puluh menit, sarapan keduan
, "aku punya banyak urusan. Sudah ya!" Gadis ini berpamitan denga
kamu. Tadi aku yang membawa kamu kesin
ar sana tidak ada taxi nongkrong satu pun, dirinya tidak ingin menunggu. Na
ard, tetapi ekspresi Alesya tidak seteduh itu karena di dalam gambar terdapat Edwar
mbung