Menikahi Ceo
aruk belakang kepalanya, yang sama sekali tidak gat
awai restoran berkumpul. Dan berbaring, dengan kepala menunduk. Dan tidak dengan Raysa gadis yang
abar kalau bukan karena kecantikan dia yang membuat banyak pelanggan yang datang memesan dan berlama-lama di restoran, agar bisa me
dan sebagian bersihkan semua ruangan yang ada di sini.
nggung, dengan kaki yang tak berhenti bergerak, dengan waja
masing sebelum pemilik restoran ini datang. J
dan berani di antara yang lainnya, dia yang diandalkan di restaurant itu membuatnya jadi sewenang-wenang dengan manajer Gian. Dan sering membantah perintahnya. Karena memang dia yang su
an wajah menantang dan
HKAN TOILET
ngaja ia bawa dari apartemen miliknya. Meski dia bekerja part time di mana-mana tetapi di
nikmati alunan musik yang ia dengarkan.
lengkan kepalanya, kapan dia berubah. Dan jauh lebih taat aturan!! Gadis aneh, dan sopan sant
Ra
nya lebih memilih bersenang-senang dengan temannya. Keluar jalan-jalan dan belajar. Tetapi, berbeda deng
di luar negeri. Meski kakaknya punya uang menyekolahkan bahkan sampai kuliah. Di
mengepal lantak yang terlihat sa
" gerutu Raysa kesal. Dia mempercepat menarik maju mundur kain pel, d
erutu Raysa lagi. Dia yang sudah selesai nge
siapa? Sampai semua harus bersih tanpa noda? Sok, bersih ba
atus delapan puluh derajat. dia terdiam, menya
Raysa menundukkan wajahnya. "Maafkan aku, kak! Aku bukanya tidak mau pakai uang ka
Sebenarnya kakak dari Raisya bekerja dan akan segera pulang bukan ini. Namun, Bukanya senang. Raisya ter
*
k A
haan padaku. Kirim semua lewat email." Suara terdengar sangat l
an tuannya. Tubuhnya seketika kaku, ker
a. Dan, segera kirimkan rangkap file yang sudah cetak d
i, t
uga akan kehilangan pekerjaan
tu memang terlihat sangat jutek, dan tidak pandan
*
bergegas turun dari mobilnya, membuat semua mata tertuju padanya. Dan para pegawai berbaris menyambut kedatangannya. Dengan kedua ta
egawai yang ada di depannya. Menatap dingin pada semua pegawai yang ada. Ia menarik jas hitamnya, yang sebenarnya sudah terlihat sangat rapi. Tan
pat. Hingga langkahnya terhenti tepat di depan Arga. Wanita itu terdiam, memutar
ihat ada dinding berdiri tegap di depannya. Bahkan dia lebih
sama mereka. Lagian kenapa wajah mereka gemetar s
mmm
kanya pergi. Raysa mengamati ujung kaki, perlahan pandangannya mulai naik h
at, sih.. Tapi? Wajahnya terlalu dingi
ran. Dan Raisya hanya menoleh, menyipitka
k juga?" tanya Raysa d
gar jelas. Bukannya raya takut. Wanita itu mena
k acuh padanya. Bahkan mengabaikan ucapannya. Wanita itu mulai berkacak
" bentak m
meraih lengan Raisya, mena
Menatap tajam ke ata
ang ajar."
Raisya terhenti. kedua matanya berkeliling. Para temannya meminta dia agar segera pergi. Dan Raysa tidak peduli akan hal i
ut. Dia menjulurkan jari tengahnya ke atas. Seketika semua mata tertuju padanya.
rsifat semakin dingin.
r." ucap sang sopir
rena sentuhan tangan kotornya. Jadi tumbuh banyak p
jikkan!" sinis tajam Raysa. Membalikkan badannya, mengangkat tangan kanannya. Dan mela
encoba menarik tangan Raysa. Tapi, wanita itu memberonta
i depannya. "Tampan! Menawan, dan dingin." tajam Raisya, mendekatkan tubuhnya, nggak kepalanya. Ke
a masalah dengan laki-laki itu. tetapi, sifat dingin
kesal. Melayangkan sebuah senyuman palsu pada Arga. tanpa rasa
ecat. Minta maaf sekar
napa dirinya merasa kesal jika melihat orang-orang di minta tunduk padanya. Bagi dia itu adalah penindasan. Semua orang sama. Jabatan