Cinta yang Tersulut Kembali
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
" Ahhhhh Mas…aku capek!"
" Sayang…nanggung nih, lanjut yuk!"
Langkah Delindra terhenti tepat di depan kamar pengantin yang di depannya dipenuhi dengan hiasan berbagai macam bunga, hingga ke daun pintu juga.
Entah kenapa tiba-tiba Delindra ingin melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar sana yang terdapat pasutri yang baru saja melangsungkan pernikahan, dan ini adalah malam pertamanya bagi mereka.
Delindra melangkah pelan-pelan menuju pintu yang dihias dengan bunga sedap malam yang bergelantungan di daun pintu.
Delindra sadar, nianya itu salah, tapi rasa penasarannya terhadap apa yang dilakukan Angga, pria yang dicintainya, semenjak pertama kali bertemu di kampusnya.
Namun saat Pak Hendra, Ayah Delindra menawarkan Angga, untuk memilih menikahi Delindra putri kandungnya atau Dahlia sepupu Delindra yang diangkat anak oleh Pak Hendra, Angga menjatuhkan pilihannya pada Dahlia.
Angga jatuh cinta pada Dahlia saat pertama kalinya melihat kecantikan Dahlia.
Delindra patah hati? Tentu saja, namun apa bisa dikata, cintanya bertepuk sebelah tangan.
Saat ini Delindra telah berada tepat di depan pintu, ia sedikit membungkukkan badannya, agar bisa mengintip kamar pengantin dari celah gagang pintu.
Obsesinya pada Angga membuat Delindra nekad melakukan hal tak bermoral tersebut.
Saat pupil matanya mulai menangkap bayangan pasutri yang tengah beradegan ranjang tersebut, tiba-tiba….
" Kamu sedang apa Del?"
Delindra yang terperanjat tak sengaja menyenggol guci di sampingnya, dan segera menoleh ke arah sumber suara, detak jantung Delindra semakin bertambah hebat saat ia ketahuan mengintip oleh Aditya.
Aditya adalah, pria yang datang dari kota untuk mengurus bisnisnya, dan sudah dua hari ini menginap di rumah Delindra, sebab mobilnya mogok di tengah malam.
Pak Hendra yang merupakan Rt di kompleks tersebut memberi bantuan untuk memberi tumpangan pada Aditya.
" Ada apa, kok aku seperti mendengar keributan?"
Delindra semakin tegang saat Angga keluar, dengan hanya memakai celana boxer selutut.
Angga menatap Delindra dan Aditya secara bergantian.
" Ini tadi Delindra mengintip…."
" Tadi saya melihat kayak ada ular yang masuk ke Kamar Mas Angga dan Mbak Dahlia, jadi untuk memastikannya aku ngintip, takutnya gigit Mbak Dahlia nantinya" Delindra dengan cepat memotong ucapan Aditya, sebelum Angga berpikiran yang macam-macam, walaupun itu benar sekalipun.
Angga menatap Delindra dengan penuh arti, yang Delindra sendiri tak tahu apa arti tatapan itu. Yang pasti perasaan Delindra saat ini tak karuan, malu dan takut bercampur jadi satu. Apalagi saat ini Dahlia juga keluar, juga bertanya ada apa.
" Masa iya sih di rumah ini ada ular" celetuk Aditya tampak bingung, dan ragu dengan pernyataan Delindra.
" Iya semenjak ada kamu kayaknya, makanya kalau bisa kamu secepatnya keluar dari rumah kami!" setelah berucap dengan ketusnya, Delindra melangkah pergi, sebelum Ayahnya datang dan ikut menanyakan.
*****
Pagi ini, semua penghuni rumah Pak Hendra yang terdiri dari Angga, Aditya, Dahlia dan Delindra, terakhir pak Hendra sendiri berkumpul untuk sarapan pagi.
" Mulai sore nanti mungkin saya akan keluar dari rumah ini Pak" tutur Aditya di sela sarapannya.
" Oh, udah bisa mobilnya Nak Adit?" tanya Pak Hendra.
" Iya Pak, mungkin nanti sore juga saya akan pulang ke kota!" terang Aditya.
" Saya haturkan terima kasih pada orang rumah ini, telah memberikan tumpangan pada saya!" sambung Aditya, yang ditanggapi oleh yang lainnya, kecuali Delindra.
Pasca kejadian semalam saat dirinya kepergok mengintip kamar pengantin, ia malu untuk berbicara. Lebih-lebih ke Angga, sekedar mengangkat wajahnya saja ia malu berlebihan.
****
" Mengintip kamar pengantin yang baru melangsungkan pernikahan itu kata orang dulu pamali, akan menimbulkan kesialan bagi pelakunya, bisa jadi petaka"
Kata-kata tersebut tergiang-giang di pikiran Delindra, namun sebisa mungkin ia tepis.
Kata-kata tersebut diucapkan tadi pagi saat Delindra berpamitan pada Pak Hendra untuk berangkat mengajar di Taman Kanak-kanak, yang ditekuninya semenjak Delindra lulus kuliah.
Tanpa melihat wajah sang Ayah, sebab tak kuasa menahan malu, Delindra langsung berangkat setelah salim. Entah darimana Delindra tidak tahu Ayahnya tahu kejadian semalam, padahal tidak ada saat kejadian berlangsung.
" Ini semua gara-gara Aditya!" gerutu Delindra menyalahkan Aditya, sebab ketahuan pria itu ia menjadi malu sama Angga juga Ayahnya.
*****
Sepulangnya mengajar, Delindra tidak langsung pulang, melainkan mampir ke danau biasa ia satai dengan Dahlia untuk menghilangkan kepenatannya.
Namun setelah menikah dengan Angga, pria yang dicintainya, pastinya Dahlia tak akan lagi sempat untuk meluangkan waktu bersama Delindra, apalagi pergi ke danau yang sudah biasa ia kunjungi berpikir, daripada pulang ke rumah dan melihat pria yang dicintainya bermesraan dengan Dahlia, saudara angkatnya, mending ia santai dulu di danau, sekalian menghibur diri dari patah hatinya.
Delindra duduk di hamparan bebatuan menikmati angin sore yang menerpa wajahnya, dan menerbangkan anak-anak rambutnya.
" Ternyata kamu disini rupanya!" ucap Aditya yang tiba-tiba datang dan menghampiri Delindra.
" Ngapain kamu kesini?" tanya Delindra ketus.
" Aku mau pamitan, Btw terimakasih ya atas tumpangannya, walaupun aku tahu, kamu gak ikhlas!"
Delindra menatap Aditya dengan sengit.
" Baguslah jika kamu sadar" tanggap Dindra.
Aditya bergeming.
" Soalnya aku juga sadar, mobil mogok itu hanya akal-akalanmu saja kan, mobil kamu di mogok-mogokin biar dikasih tumpangan geratis, secara tinggal di penginapan itu bayar, sedangkan di rumahku GE-RA-TIS" Delindra meneka kalimat terakhirnya.
" Kamu salah, aku sampai rela nyariin kamu kesini hanya demi bayar biaya tinggal dan makanku selama dua hari ini di rumahmu, nih!" Aditya meletakkan amplop di telapak tangan Delindra.
" Tadi aku kasih ke Ayahmu, tapi ditolaknya walaupun aku paksa, mau kasih ke Mbak Dahlia, dia lagi keluar sama suaminya, yaudah aku cari kamu, takut dianggap hutang sama kamu!" papar Aditya.
" Oh ya bagus dong kalau gitu!" ketus Delindra, lalu melangkah melewati Aditya untuk berlalu.