"Huh!"
Oseng, oseng, oseng.
Suara alat dapur yang tengah sibuk mengikuti irama dan kemauan dari pemiliknya, setiap pagi sudah menjadi kewajiban Lisa membuat sarapan dan bekal, pemuda itu, maksudnya sang suami tidak mau makan selain dari apa yang dia buatkan.
Kenalkan dia, Lisa Tunggal Dewi, dia anak tunggal dari keluarga sederhana yang menggantungkan kehidupan dari usaha percetakan kecil di satu kampung. Lulusannya sebagai sarjana awalnya begitu didedikasikan, tapi setelah perintah menikah kala itu, siang tanpa badai, mengubah semuanya.
Dia harus menikah demi menyelamatkan nasib usaha kecil ayahnya yang hampir terlindas jaman, usaha itu mimpi ayahnya, walau dia bisa berjanji bekerja dengan penghasilan yang besar, tetap saja usaha percetakan itu ingin terus ayahnya kembangkan, bila usaha itu lenyap, lebih baik ayahnya mati saja.
Duar,
Mau tidak mau dia harus menikah dengan pemuda bernama Gionino ini, memang dia masih muda, terpaut dua tahun dari Lisa, hanya saja dia sudah menjadi duda setelah menikah selama satu bulan.
Gugatan sang mantan istri melayang begitu saja, semua dibuat gempar, dan di sini Lisa menjadi poros nama baik, mengembalikan nama baik Gio sekaligus usaha keluarga itu, termasuk usaha ayahnya yang ternyata kerja sama di sana.
"Ica!" seru Gio, dia baru bangun tidur, entah lidahnya mengulat atau apa, memanggil Lisa begitu sulit, yang ada Gio selalu memanggil Ica dan Ica. "Ica!"
"Iya, aku di dapur, cuci piring, Gi!" balas Lisa berteriak, suara gemericik air akan menjadi alasan telinga Gio tak mendengarnya, pasti akan mengomel kalau Lisa tak membalasnya. "Aku di sini!" berteriak sekali lagi sampai Gio mengintip ke dapur.
Ica, Ica ... sebal kalau namanya diganti.
Gio berjalan mendekat, rambutnya masih acak dan wajahnya bentuk bantal, mengambil duduk langganan biasanya, menyendok nasi yang sudah Lisa siapkan.
"Kenapa tidak mandi dulu, hem? Kan enak kalau sudah mandi, kamu jadi bisa langsung kerja, Gi." mengeringkan tangannya, dia sudah mandi, berharap bisa berangkat lebih awal. Duda satu ini susah sekali diatur, selalu membuatnya hampir telat berulang kali. "Enak?" bertanya lagi meskipun yang tadi belum dijawab.
Gio mengangguk, dia selalu menyenangkan kalau makan, tak pernah menolak atau bahkan mengkritik rasa masakan Lisa, sejak mereka menikah itu yang menjadi pertimbangan Lisa, secara fisik suaminya itu sempurna, sikapnya juga hanya menyebalkan sedikit, tapi entah kenapa satu bulan sudah mendapatkan surat gugatan dari istrinya, kisah yang dikenal penuh akan cinta, padahal suaminya itu bukan yang suka KDRT juga.
Sampai detik ini belum Lisa temukan jawabannya, dia sempat menduga masalah ranjang, mungkin Gio meminta lebih hingga mantan istrinya jengah, tapi tidak. Gio memperlakukannya dengan lembut di malam pertama itu meskipun belum ada cinta nyata sampai sekarang diantara keduanya, maksudnya tidak ada yang mau mengaku secara terang-terangan, Lisa sering menganggap pernikahan dan rumah tangga ini hanya permainan Gio dan keluarganya saja.
Namun, lagi-lagi perkiraannya dipatahkan, keluarga itu baik kepadanya.
"Mau sampai kapan bengong?" Gio sudah selesai. "Makan cepat, Ica. Aku antar ke kantor!" ini, tiba-tiba suka memutuskan segala hal.
"Iya, aku makan cepat." Lisa mendengus, sekali saja suaminya itu memanggil nama aslinya, hanya saat dia menikah, setelah itu jangan harap, dia hanya akan mendengarkan Ica dan Ica.
"Ica!"
"Iya, ini baru selesai. Tunggu sebentar tinggal kucir rambut!" herannya walau tanpa cinta yang mendasar, pertengkaran mereka sangat minim, Lisa yang sudah dewasa dalam pemikiran bisa menerima sikap Gio, sedang Gio yang tak pernah salah memutuskan sesuatu, jadi tak ada yang mengundang sakit hati, hanya sebuah rasa penasaran yang belum bisa Lisa mengerti sampai hampir satu tahun menikah dengan Gio.
/0/13931/coverorgin.jpg?v=20250123145704&imageMogr2/format/webp)
/0/19673/coverorgin.jpg?v=25988945196601dde51c6207d83011e0&imageMogr2/format/webp)
/0/3162/coverorgin.jpg?v=f8eaf9aefdfac947cf8917763edefae1&imageMogr2/format/webp)
/0/4690/coverorgin.jpg?v=20250121182607&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=20240304151034&imageMogr2/format/webp)
/0/4018/coverorgin.jpg?v=20250121182012&imageMogr2/format/webp)
/0/2958/coverorgin.jpg?v=41f7d5bb6f4e9e1173ee4c6625ac580e&imageMogr2/format/webp)
/0/3577/coverorgin.jpg?v=20250122110013&imageMogr2/format/webp)
/0/6219/coverorgin.jpg?v=20250120175132&imageMogr2/format/webp)
/0/3853/coverorgin.jpg?v=20250122110303&imageMogr2/format/webp)
/0/23705/coverorgin.jpg?v=20250429185641&imageMogr2/format/webp)
/0/2850/coverorgin.jpg?v=97f0192d4a1aae7e692969c4bbac8de6&imageMogr2/format/webp)
/0/2853/coverorgin.jpg?v=fd51cd88155fa6cc34f6b48d0336aed3&imageMogr2/format/webp)
/0/20413/coverorgin.jpg?v=ec86fab74cc2046f1ea680264dba5204&imageMogr2/format/webp)
/0/3629/coverorgin.jpg?v=20250122110034&imageMogr2/format/webp)
/0/16864/coverorgin.jpg?v=adf95f7a3362026d360844632bb99819&imageMogr2/format/webp)