Pulang dari berbelanja sayur di warung, Arianti kaget mendapati suaminya masih tidur dengan pulas. Fakhri terburu-buru bangun dari tidur setelah Arianti membangunkannya. Mengerjakan setumpuk pekerjaan kantornya yang dikejar tenggat waktu sampai subuh membuatnya terlambat bangun, sangat terlambat. Sudah pukul delapan ketika Fakhri masuk ke kamar mandi.
Arianti menyiapkan pakaian untuk dipakai suaminya sementara suaminya mandi. Notifikasi dari ponsel Fakhri berbunyi ketika Arianti merapikan tempat tidur. Berpikir bahwa itu mungkin pesan yang penting, Arianti mengambil ponsel suaminya dari meja kerjanya lalu melihat pesan yang masuk tanpa membuka aplikasi pesan itu. Dari daftar notifikasi, Arianti dapat membaca pesan itu dengan jelas.
"Sayang, kamu di mana? Buruan ke kantor. Aku sudah rindu. Love U."
Tangan Arianti gemetar. Ada rasa tak percaya, tetapi pesan yang dibacanya itu terlalu jelas untuk ditafsirkan berbeda. Dari Watining? gumamnya. Diletakkannya kembali ponsel itu di tempatnya semula. Isi pesan itu berulang-ulang melintas di kepalanya.
Arianti merasa tubuhnya mendadak lemas. Dia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur dan duduk di tepinya. Rasanya seperti mimpi. Suaminya bukan tipe lelaki yang mudah tergoda dengan perempuan, juga bukan tipe lelaki penggoda. Lebih dari enam belas tahun menikah dengannya cukuplah baginya untuk bisa menilai siapa suaminya dan bagaimana perilakunya. Fakhri seorang lelaki yang bertanggung jawab dan sangat rasional. Segala apa yang akan dilakukannya diperhitungkannya dengan matang.
/0/9197/coverorgin.jpg?v=d71db17972dfa009d50798302cda5f2b&imageMogr2/format/webp)
/0/17176/coverorgin.jpg?v=a8260015ef0f422a105e07a81854fecc&imageMogr2/format/webp)
/0/21259/coverorgin.jpg?v=01e549da942327acc9101de8b0486b53&imageMogr2/format/webp)
/0/22201/coverorgin.jpg?v=3e9b1cc8795471c88153eaf27b906524&imageMogr2/format/webp)