Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Bab 1
Lari dari masalah, malah menemukan masalah baru.
“Aaa... Tidak! Jangan sampai mereka semua menemukanku!” ucap seorang gadis yang tengah bersembunyi di samping mobil Lamborghin, salah satu mobil termahal yang ada di Indonesia.
Gadis itu membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan, kala beberapa orang yang mengejarnya, sudah berada tepat di seberang mobil yang sedang ia pakai untuk bersembunyi. Deru napas gadis itu terdengar tersengal-sengal. Namun, sebisa mungkin ia atur, agar orang-orang yang mengejar tak menemukan di mana keberadaannya.
“Hei, Nurmala! Di mana kau? Awas kau ya, jika aku temukan nanti, akan kubuat kau menyesal!” teriak salah seorang pria yang mengejarnya. Ia berujar dengan napas yang terengah-engah sambil sedikit berjongkok karena kelelahan mengejar -ngejar seorang gadis bernama Nurmala.
Nurmala memejamkan mata. Rasa takut semakin menyeruak ke dalam dada. Bagaimana tidak! Satu gadis di kejar beberapa pria. Pria sangar dan garang. Siapa yang tidak takut? Apalagi yang mengejarnya itu, bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang suka memperjualbelikan wanita. Mereka di suruh untuk mencari Nurmala, karena Nurmala adalah salah satu aset berharga yang mereka punya.
Gadis yang baru saja dijual oleh ibunya sendiri.
“Aku mohon, pergilah! Usir mereka dari sini ya Tuhan!” ucapnya pelan. Dirinya sudah tidak tahu lagi, harus lari ke mana lagi, jika dirinya diketahui sedang berada di sini.
“Tidak ada Bos! Mungkin, dia sudah lari, dan pergi jauh dari sini!” ucap pria berwajah sangar dengan kulit hitam legam yang semakin membuatnya terlihat menyeramkan.
“Kalau begitu, ayo! Kita cari dia sampai dapat! Jangan sampai ia kabur lebih jauh lagi. Bisa marah dan ngamuk Mami Lorenza nanti!” jawab pria yang di panggil dengan sebutan Bos.
Orang-orang yang mengejar Nurmala pergi.
Dadanya merasakan rasa lega yang luar biasa. Napas Nurmala kembali normal, seirama dengan detak jantungnya yang juga kembali normal. Namun, saat hendak bangkit berdiri, gelang emas yang berada di tangan Nurmala, menggores sisi mobil yang baru saja Nurmala jadikan sebagai tempat bersembunyi.
Gadis itu terlonjak. Menatap tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Detak jantungnya yang tadi sudah kembali normal, kini berubah kembali, seirama dengan keterkejutannya melihat keadaan mobil yang jadi berbeda dari sebelumnya.
“Ya Tuhan! Ya Tuhan! Apa yang aku lakukan?” tanya Nurmala sendiri, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, benar-benar tidak menyangka.
Gadis itu memerhatikan dengan saksama. Mobil Lamborghini yang harganya sangat mahal itu, tergores oleh gelang yang ia kenakan, karena Nurmala oleng saat hendak berdiri. Tubuhnya lemas karena sedari pagi belum terisi. Di tambah lagi dengan kejadian buruk yang membuatnya harus berlari dan bersembunyi dari kejaran para orang-orang yang berniat jahat terhadap nya.
Nurmala menengok ke kanan dan ke kiri. Mencari-cari, siapakah pemilik mobil mahal ini? Apakah ia ada di sini? Seperti apakah pemilik mobil ini? Apakah jahat, kasar, bermulut lemes, atau bahkan baik hati? Nurmala bertanya-tanya sendiri dalam sepi.
“Masalahmu sudah banyak Nurmala. Jika pemilik mobil ini tau, mobil mahalnya tergores olehmu. Maka, matilah dirimu!” gumam Nurmala pelan. Wajahnya meringis seperti merasakan sakit.
“Tapi, jika aku lari dari tanggung jawab... Orang macam apa aku ini? Ah!” Nurmala mendesah berat. Dirinya serba salah. Ingin lari dari masalah. Malah menemukan masalah baru. Ingin menghindari masalah baru, dirinya tidak seburuk itu.
Beberapa detik Nurmala terdiam sambil memikirkan sesuatu. Suara bariton dari orang yang tidak ia kenal sama sekali, membuatnya terlonjak. Ia terkejut bukan main.
“Kau!” seorang pria menunjuk wajah Nurmala dengan satu jari telunjuknya, “siapa kau? Dan sedang apa kau berada di sebelah mobilku?” tanya pria itu sengit. Sedangkan pria di sebelahnya terlihat lebih tenang dan kalem. Bahkan, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun kala melihat Nurmala.
“A-aku...” ucap Nurmala tergagap. Ia bingung harus mengatakan apa pada pria yang Nurmala yakini, adalah pemilik dari mobil mewah ini. Mobil yang tak sengaja ia gores hingga menyisakan bekas.